Bisnis.com, BANDUNG--Kawasan Kelapa Gading, Jakarta, suatu sore. Antrian kendaraan yang mengular memang menjadi kebiasaan sehari-hari bagi warga Ibu Kota atau pendatang sekalipun.
Langit mulai menghitam. Saya menduga hujan akan turun sore itu. Suara knalpot dari berbagai kendaraan menderu. Motor, mobil, bus kota hingga truk berjalan merayap.
Di sebuah lampu merah, seorang pengendara motor mengencangkan otot jari-jari tangannya. Mungkin sepertinya dia pegal setelah mengendarai motor jarak jauh. Pada kesempatan yang sama, sekelompok muda-mudi pengendara vespa modern tancap gas setelah lampu hijau menyala. Saya mengikuti mereka dari belakang.
Ada yang menarik tentunya jika saya melihat pemandangan para pengendara vespa modern itu. Secara serempak, helm atau penutup kepala mereka seolah sengaja dibuat kompak. Bentuknya bulat. Bahkan sebagian lain sengaja dibikin variasi warna warni dengan bermacam stiker biar terlihat unik. Bentuk motor vespa sendiri tidak jauh-jauh amat mengikuti pendahulunya, vespa klasik.
Namun, vespa keluaran anyar ini memang sengaja dirancang pabrikan secara otomatis, baik dari segi performa atau pun tarikannya. Inilah yang membuat para muda-mudi ini seolah menikmati romantisme masa lalu. Mengendarai vespa klasik bergaya moderen.
Memasuki tepat kawasan Kelapa Gading, komunitas yang tergabung dalam The North Movers itu berhenti sejenak. Tanpa basa basi, mereka mengabadikan berfoto bersama. Satu, dua, tiga dari mereka tampak narsis sadar kamera. “Yuk lanjut lagi,” ujar salah satu dari mereka menuju sebuah kawasan kumuh yang tak jauh dari kawasan elit Kelapa Gading untuk mengikuti sebuah kegiatan sosial.
The North Movers atau bisa disebut juga komunitas modern vespa Jakarta Utara terbentuk pada 2012. Awalnya sebagian anggota hanya kongkow-kongkow. Bicara ngalor ngidul. Terkadang membicarakan hal di luar vespa itu sendiri. “Kebanyakan kalau kumpul cuma sharing saja,” ucap Winanto Prayoga, ketua The North Movers kepada Bisnis.
Memang, dari awal jumlah anggota The North Movers masih bisa dihitung jari. Lambat laun anggota komunitas tersebut bertambah. Meskipun tidak sampai ratusan, para anggota cukup kompak dan rajin mengikuti gathering mingguan.
Yoga, sapaan akrabnya mengatakan, anggota sendiri berasal dari berbagai kalangan. Mulai dari pelajar, mahasiswa hingga eksekutif. Pihaknya tidak ingin membatasi anggota dari kelas bahkan suku sekalipun. “Siapa saja boleh masuk, asalkan ada kemauan dan komitmen kuat,” tuturnya.
Para anggota yang tergabung dalam The North Movers memiliki berbagai varian vespa modern. Sebut saja misalnya jenis LX, LXV, GTS, hingga Vespa S yang dimiliki sesuai kesukaan para anggota masing-masing. Para anggota sendiri kebanyakan berasal dari pecinta vespa klasik. Sehingga setelah keluar jenis anyar, mereka langsung tak sabar memiliki.
Memang, harga skuter jenis ini lebih mahal dibandingkan dengan motor keluaran Indonesia lainnya. Namun justru di situlah para pecinta vespa ini merasa memiliki kepuasan batin memilikinya. “Bahkan untuk membeli aksesoris saja ada anggota yang menghabiskan puluhan juta,” ujar Yoga.
Kegitan lain yang biasa dilakukan komunitas ini adalah mengadakan touring ke berbagai kota. Terkadang menggelar silaturahmi antar komunitas di luar kota. Inilah yang menjadi poin penting dari tujuan utama dibentuknya The North Movers.
Ke depan, komunitas ini punya impian luhur bukan hanya sekadar kumpul-kumpul belaka. Tetapi ada hal lain yang mesti dilakukan, tentunya bermanfaat bagi anggota dan masyarakat banyak.
Yoga menambahkan, siapa saja yang ingin menjadi anggota, syaratnya sangat mudah. Cukup membayar uang Rp100.000 untuk dana registrasi, kaos dan stiker anggota.
Anggota juga wajib hadir pada setiap kumpulan yang diadakan oleh komunitas setiap jadwal yang telah ditetapkan. Bahkan, dalam waktu dekat, dia ingin mengubah manajemen menjadi lebih baik.
