Bisnis.com JAKARTA - Bibir sumbing pada bayi bisa dihindari bila si ibu menjaga asupan gizi yang dikonsumsinya selama hamil. Kejadian bibir sumbing ini selain akibat faktor genetik (keturunan), dan karena kekurangan gizi saat ibu hamil, juga dipicu oleh pernikahan antarasaudara.
Menurut Drg. Farida Istiarini, spesialis orthodonti dari RSUD Patut Patuh Patju Lombok Barat, dari pengamatannya pada penderita bibir sumbing yang banyak terdapat di Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB), pemicu utamanya adalah karena pernikahan antarasaudara (satu darah).
“Sebagian besar (80%) dari pasien yang datang untuk operasi bibir sumbing, adalah anak-anak yang terlahir dari orangtuanya masih bersaudara. Seperti pernikahan antara sepupu,” kata Farida, Sabtu (12/10/2013).
Menurut dokter spesialis orthodonti pertama dan satu-satunya di Lombok Barat, NTB ini, ketika ada kegiatan sosial operasi bibir sumbing yang diselenggarakan oleh Smile Train Foundation dan Rotary Club, terlihat bahwa penderitanya banyak dari kalangan perkawinan antarsaudara. Selain itu juga karena faktor kekurangan gizi.
Dia menuturkan bibir sumbing bisa terlihat sejak janin berusia tiga bulan. Kasus itu merupakan salah satu masalah yang membutuhkan penanganan serius. Setiap tahun rata-rata 2% dari angka kelahiran hidup di Indonesia, mengalami masalah bibir sumbing.
Menurut data dari Kementerian Kesehatan, di Indonesia setiap tahun rata-rata terdapat 4,5 juta bayi lahir selamat. “Bila ada 2% yang mengalami cacat bawaan bibir sumbing, sedikitnya ada 9.000 orang bayi yang menderita bibir sumbing setiap tahun,” ungkapnya.
Menurut pendiri Joli Sourire Dental Care di Lombok Barat ini, kejadian bibir sumbing pada janin bisa dihindari jika si ibu memperhatikan asupan makanan dan gizi yang dikonsumsinya selama hamil.
“Untuk itu ibu hamil perlu memperhatikan asupan gizi yang dikonsumsinya. Makanlah makanan yang bergizi dan konsumsi buah serta sayur yang cukup. Juga hindari pernikahan antarsaudara,” ujar anggota Persatuan Dokter Gigi Indonesia, dan Ikatan Ortodontis Indonesia ini.
Farida menuturkan masalah bibir sumbing ini, yang menderita bukan hanya pasien saja, tapi juga keluarganya. Penderita sering malu dan tidak percaya diri, bahkan ada yang tidak mau sekolah.
Lebih parah lagi, katanya, ada penderita yang dikucilkan oleh keluarganya karena dianggap aib. Untuk itu, ibu dua orang anak ini berupaya membantu menangani pasien bibir sumbing dengan aktif di berbagai organisasi dan LSM. Diantaranya menjadi anggota Rotary Club cabang Mataram-Lombok, dan anggota PKK Provinsi NTB.
Perempuan kelahiran Mataram, 8 Maret 1975, ini meraih Sarjana Kedokteran Gigi Universitas Trisakti 1999, dan Spesialis Orthodontis dari Universitas Gajah Mada pada 2008. Di tengah berpraktik di RSUD Lombok Barat, dan di kliniknya sendiri, bersama organisasinya Farida juga aktif mengadakan penyuluhan tentang kesehatan dan mengadakan kegiatan sosial operasi bibir sumbing.
Menurut dia, penderita bibir sumbing di NTB cukup tinggi jika dibanding dengan daerah lain di Indonesia. “Kini obsesi saya adalah berupaya mendirikan pusat bibir sumbing (cleft center), agar masyarakat bisa terbantu. Hingga sekarang sudah ratusan penderita bibir sumbing yang kami operasi dengan gratis,” ujarnya.