Gedung Salihara/salihara.org
Show

Sirkus Sastra: Pentas Baca Kembang & Bintang di Teater Salihara

Miftahul Khoer
Sabtu, 19 Oktober 2013 - 10:50
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Bau dupa tercium menyengat di Teater Salihara, Kamis (16/10/2013). Lengkingan suara emas Sruti Respati terdengar ketika menyanyikan tembang Jawa. Ruangan teater gelap, hanya cahaya lampu yang tersorot tepat di panggung lesehan.

Malam itu, Sruti didapuk menjadi artis pembuka pada ajang Bienal Sastra Salihara 2013.  Lagu yang dinyanyikan Sruti bersama musisi pengiring membuat bulu kuduk berdiri. Seketika, ruangan sunyi seolah penonton yang hadir memfokuskan diri menyaksikan wanita pemeran Sri Ledhek dalam Opera Jawa, Selendang Merah yang dipentaskan April lalu.

Ajang dua tahunan Bienal Sastra Sailhara, tahun ini bertema Sirkus Sastra. Digelar mulai 20 September 2013 - 27 Oktober 2013. Sastrawan asal Cianjur Jawa Barat, Mugya Syahreza Santosa dan novelis Andina Dwifatma diberikan kesempatan untuk tampil membacakan karyanya. Pada malam itu juga, sastrawan asal Amerika Brenda Flanagan berkesempatan memeriahkan acara.

Dalam Sirkus Sastra yang mengambil tema Kembang dan Binatang ini, Andina membacakan serpihan novelnya Semusim, dan Semusim Lagi. Novel ini merupakan juara pertama sayembara menulis novel Dewan Kesenian Jakarta pada 2012.

Dalam novel tersebut, Andina menceritakan tentang kisah suram perjalanan cinta manusia. Kisah yang dihadirkan mengandung unsur fantasi dengan memunculkan tokoh Sobron sebagai ikan mas koki yang bisa berinteraksi dengan tokoh utama, Aku.

Menariknya, Andina menciptakan tokoh Sobron untuk nama ikan tersebut. Dia mengaku riset yang dilakukan untuk penamaan ikan terinspirasi dari nama salah satu pengarang dan tokoh Partai Komunis Indonesia (PKI) Sobron Aidit. "Kebetulan sewaktu menulis novel, saya sempat baca-baca terlebih dahulu cerpen milik Sobron. Dan saya pikir nama Sobron keren untuk dijadikan tokoh," katanya.

Pembacaan novel Andina cukup memukau penonton yang hadir. Dia sengaja mengambil serpihan pada adegan terpenting dalam novel yang ditulisnya. Penononton yang hadir juga dimanjakan dengan teks terjemahan bahasa Inggris. Sehingga bagi penonton yang tidak mengerti bahasa Indonesia merasa terbantu dengan isi kandungan cerita yang dibacakan Andina.

Sementara, penampilan penyair muda Mugya Syahreza Santosa mampu membuat emosi penonton terbakar. Gaya pembacaan puisinya yang energik sesekali mengundang gelak tawa dan apresiasi yang hangat. Penonton tak henti-hentinya menghadiahi tepuk tangan meriah setiap kali dia merampungkan pembacaan puisinya.

Bienal Sastra Salihara 2013 dengan tema Kembang dan Binatang merupakan kiasan mengenai manusia. Sajak-sajak yang dibacakan Syahreza, begitu dia disapa menghadirkan mitos-mitos hewan dalam kota. Kondisi lingkungan yang masih agraris menjadi tantangan bagaimana para sastrawan muda ini mampu bertahan dalam dunia yang terus berubah.

Syahreza membacakan tujuh puisi dengan menghadirkan tema-tema binatang. Sebut saja misalnya sajak berjudul Jampi Ayam Adu dan Jampi Kambing Sebelum Disembelih. Diksi sajak yang dihadirkan bermuara pada fenomena binatang yang diasosiasikan dengan kehidupan manusia. “Jampi adalah mitos yang erat berhubungan dengan kehidupan manusia tradisional Sunda,” paparnya.

Sebelumnya, buku antologi puisi yang diterbikan berjudul Hikayat Pemanen Kentang (2012), bercerita tentang sajak yang menghadirkan diksi komoditas sayuran. Proses kepenulisan Syahreza banyak terinspirasi oleh kultur tempat kelahirannya, Cianjur yang menjadi lahan perkebunan. Dia sendiri merupakan penyair yang menyibukkan diri berkebun.

Penampilan terakhir yaitu dari penulis cerita pendek (cerpen) Brenda Flanagan. Dia membacakan cerpen yang ditulisnya berjudul Gadis dari Baiha dan Tunawisma. Cerpennya membericakan tentang kisah nyata seorang gadis yang jatuh cinta terhadap seorang lelaki. Sayang, lelaki tersebut menikah dengan perempuan lain.

Namun, selang beberapa tahun kemudian, tokoh gadis dalam cerpen tersebut terkejut ketika pria yang didambakannya itu mengajaknya bertemu di sebuah pantai. Rasa haru, bahagia bercampur dilema pun menyelimuti. Gadis itu sendiri sudah memiliki suami seketika dia gagal merajut cinta dengan pria idamannya itu.

Cara pembacaan Flanagan cukup kocak. Dia pandai membuat suasana teater mencair. Uniknya, dalam setiap cerpen yang ditulis, dia hampir menyelipkan lagu yang sesuai tema dengan cerpen. Gaya rambutnya yang gimbal menjadi ciri khas tersendiri saat membacakan dua cerpen realisnya.

Pertunjukan Sirkus Sastra Kembang dan Binatang berlangsung selama dua jam. Acara ditutup oleh penampilan Endah Laras, seorang oenyanyi dan penari asal Solo. Dia menembangkan beberapa lagu dengan campuran aransemen arabik, jawa, dan kontemporer. Suara emasnya mengundang penonton yang hadir bertepuk tangan gemuruh.


Penulis : Miftahul Khoer
Bagikan

Tags :


Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro