Bisnis.com, JAKARTA- Bersepeda merupakan salah satu olah raga murah dan sehat yang digemari oleh banyak kalangan eksekutif. Salah satunya adalah Presiden Komisaris PT Indomobil Suzuki Internasional Soebronto Laras.
Eksekutif kelahiran Jakarta, 4 Oktober 1943 ini mengatakan sangat mencintai olahraga di kala umurnya menginjak 9 tahun. Bersama dengan sahabat karibnya sewaktu kecil, almarhum Sophan Sophiaan, dirinya bersepeda melewati jalur Cikini-Kebayoran-Diponegoro-Sudirman.
Kecintaannya terhadap olah raga sepeda timbul saat ia sadar bahwa bersepada merupakan wadah dimana komunitasnya berasal dari bermacam-macam kalangan, baik yang berduit ataupun tidak.
“Bersepeda dimana saya tekadang tak membicarakan bisnis, hanya obrolan ringan yang mengalir, duduk-duduk di sepanjang jalan sambil menikmati soto mie dan bubur ayam,” katanya saat ditemui Bisnis belum lama ini.
Pria yang menjabat sebagai ketua Jakarta Cycling Club (JCC) sejak Februari 2006 hingga kini itu masih konsisten menggeluti hobinya. Tiap Sabtu dan Minggu pagi sehabis subuh, ia memimpin klub untuk bersepeda mengelilingi Jakarta dan sekitarnya.
“Rute tidak tentu, karena saya hapal jalan-jalan tikus, jadi saya bawa teman-teman hingga sampai Depok atau Kebun Raya Bogor,” katanya.
Jika mereka sudah pada capek, tambahnya, mereka pulang dengan naik angkot atau naik bus.
“Kalau saya pulangnya ya tetap bersepeda bareng dengan Juan Felix Tampublon, Hotma Situmpul dan rekan lainnya,” ujarnya.
Soebronto yang juga merupakan Pembina tim balap sepeda Indonesia, mengaku tidak ada yang dikorbankan dalam menjalani hobinya tersebut selama puluhan tahun, baik uang, tenaga maupun waktu.
Modal hobinya ini hanya butuh dana ketika membeli sepeda saja, selebihnya tak ada yang merogoh koceknya dalam-dalam. Banyak dari kalangan temannya yang menggunakan sepeda keluaran Amerika, Italia, Prancis dan Jerman yang harganya mampu membuat orang berdecak tak percaya, yaitu membutuhkan dana Rp15 juta-Rp20 juta hanya untuk gear dan sekitar Rp30 juta-Rp33 juta hanya untuk komponen velg kualitas tinggi menggunakan karbon, namun ia hanya cukup dengan sepeda keluaran Taiwan dengan merk Giant.
Ia mengaku menjadi salah satu endorser untuk produk tersebut, yang baginya sudah cukup aman dan nyaman untuk menggeluti hobinya. Ia juga mempromosikan produk tersebut kepada temannya di klub. Hal ini juga menjadi ajang bisnis bagi Soebronto karena rekan-rekannya banyak yang tertarik dan memesan lewatnya.
Untuk perawatan sepeda, ia tidak pernah merasa direpotkan masalah ongkos. Cukup dengan minyak semprot untuk membersihkan sepeda dari air atau keringat yang menempel pada komponen sepeda. Hal itu dilakukan agar sepeda tidak berkarat.
Ia meneruskan hobinya kepada anak-anak didiknya dalam menciptakan generasi pembalap sepeda. Disitulah alokasi dana dimainkan. Ia membelikan beberapa unit sepeda dan mendidik para atlet dalam waktu 3 tahun. Namun dana yang ia keluarkan tak ada apa-apanya dibandingkan dengan prestasi anak bangsa yang akan tercetak lewat olahraga balap sepeda.
Eksekutif yang waktu remaja pernah menjadi gitaris dalam band-nya bersama Guntur Soekarno Putra itu mengaku bahwa hobinya bersepeda secara keseluruhan tidak mengganggu waktu kerja dan waktu kebersamaan dengan keluarga.
“Dikala orang masih tidur sebelum subuh, saya sudah bangun, kemudia bersepeda dan sebelum jam 7 pagi saya sudah selesai dan kembali bekerja,” ujarnya.
Dengan umur yang kini mencapai 70 tahun, ia merasa lebih sehat dan terlihat muda karena hobinya. Dia Pernah divonis menderita penyakit jantung 25 tahun yang lalu dan menjalani operasi jantung 5 tahun yang lalu. Namun kini dirinya mengaku baik-baik saja dan tetap menjalankan hobinya.
Ini jauh lebih baik daripada hobi beberapa eksekutif yang gemar berkaraoke, minum wine, atau dugem hingga larut malam.
“Saya tidak menjalankan pola rutinitas hidup seperti itu, saya menghindari tidur larut malam dan selalu bangun pagi,” katanya.
Ia menjelaskan dengan hobinya tersebut, ia mampu bertegur sapa dengan siapa saja di jalan dengan levelnya sekarang yang seorang eksekutif besar. Ia mengatakan menjadi seorang pemimpin harus bisa membaur dengan orang lain, dengan menjadikan sekretaris, supir dan anak buah sebagai seorang sahabat.
“Apalagi saya adalah orang pabrik yang memang harus bersahabat dengan banyak kalangan,” ungkapnya.