Bisnis,com, BANDUNG - Kau kibarkan sorbanmu seperti mengibarkan bendera merah putih, atau celana dalam. Di setiap kibarannya ada ayat-ayat suci. Ada hadits, ada fatwa, dan berjuta teks amanat suci yang kau biarkan melayang di atas langit. Karena kau terlalu sibuk menjadi matahari bagi siang, dan terlalu sibuk menjadi rembulan bagi malam hari, dan kau begitu khusuk menikmati ketenaran selebritis.
Demikian sebagian larik dari bait puisi berjudul Ustadz Televisi karya Matdon, dalam buku kumpulan puisinya yang juga bertajuk Ustaz Televisi, terbitan Teko Publishing kerjasama Majelis Sastra Bandung (MSB) Publishing, Mei 2014.
Bagi Matdon, sipenulis yang juga Ketua Komunitas Sastra Bandung itu menyatakan bahwa sejumlah sajak sebenarnya menjadi sebuah kritik social bagi siapa saja, tidak hanya terbatas ustaz.
Karena sebenarnya penulis juga meyakini tidak semua ustaz seperti yang digambarkan dalam puisi tersebut, masih banyak ustaz yang bersedia tampil di televise dengan baik dan tidak neko-neko.
Judul | Ustadz Televisi |
Penulis | Matdon |
Penerbit | Teko Publishing &MajelisSastra Bandung (MSB) Publishing |
Halaman | 65 halaman |
Cetakan | Mei 2014 |