Ario Anindito /Bisnis.com
Entertainment

ARIO ANINDITO: Mengirim Pesan Lewat Komik

Tisyrin Naufalty Tsani
Minggu, 6 Juli 2014 - 16:40
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Komikus, profesi yang satu ini mungkin masih dipandang sebelah mata oleh banyak orang.

Ario Anindito mencoba membuktikan, komikus tidak ubahnya seperti profesi lain yang tetap menjanjikan. Buktinya, pria yang jago menggambar ini, mampu mengukir namanya di komik terbitan Amerika Serikat dan Eropa.

Kegemaran menggambar sudah dilakukan sejak kecil. Ario kecil dikenal sebagai anak yang gemar   men corat-coret. Ayahnya yang bekerja sebagai dosen arsitektur seringkali membawa pulang setumpuk kertas dan peralatan menggambar. Dari situlah minat Ario untuk menuangkan imajinasi lewat gambar semakin terasah.

Saat Ario dewasa, dia mengikuti jejak ayahnya sebagai seorang arsitek. Meski berhasil mengantongi gelar sebagai seorang arsitek, tetapi pilihan profesi Ario justru melenceng dari jalurnya. Bukannya tekun menggambar gedung dan bangunan, dia malah dikenal sebagai komikus, dan terlibat dalam sejumlah produksi film dan iklan.

Seusai merampungkan kuliahnya di Universitas Katolik Parahyangan, Bandung pada 2007, Ario tidak sejalan dengan teman-teman seangkatan yang langsung bekerja pada orang lain.

Dia justru asyik menyusun rencana masa depannya dengan berkecimpung di dunia komik, iklan, dan film. Upaya Ario untuk membuktikan diri menjadi komikus mendapatkan dukungan dari ayahnya.

Sayangnya, sang ibu tidak dengan begitu saja menyetujui profesi yang dipilih Ario. Pilihan yang tidak sama dengan ibunya itu membuatnya sempat kabur dari rumah, hanya untuk membuktikan keseriusannya sebagai komikus.  

Bagi Ario, meyakinkan orang tua bahwa keahlian menggambar bisa menghasilkan adalah sebuah perjalanan panjang. Ayahnya tidak menentang, karena sebagai dosen arsitek dia juga tentu memiliki jiwa seni.

Ario harus berupaya keras meyakinkan ibunya, bahkan Ario sempat kabur dari rumahnya untuk menunjukan keseriusannya. “Dulu untuk meyakinkan ibu saya, saya sempet kabur dari rumah selama 2 minggu,” tuturnya.

Strategi yang dilancarkan Ario itu ternyata berhasil. Sang ibu akhirnya luluh dan mendukung keinginan anak sulung dari dua bersaudara ini. Sekarang, Ario berhasil menggapai impian sebagai seorang komikus.

Tak lama setelah Ario berhasil menyelesaikan studinya, tokoh superhero perempuan bernama Nadya dikenal khalayak lewat Komik berjudul Nadya and The Painkillers, yang diterbitkan di majalah kompilasi komik SPARX the Compendium.

Tokoh Nadya muncul sebanyak tiga seri, pada periode penerbitan 2007-2008.

Tokoh Nadya diilhami dari beraneka berita negatif yang muncul di Tanah Air. Nadya muncul sebagai sosok superhero wanita yang memberantas kejahatan. Hadiah atas hasil kerja keras Ario adalah komik Nadya, meski hanya sebagai salah satu komik kompilasi, tetapi mendapatkan apresiasi yang besar dari khalayak. Tokoh garapannya ini bahkan sempat mejeng sebagai sampul utama majalah dan dipamerkan dalam sejumlah pameran seni.

Usai menggarap komik Nadya, Ario bergeser membuat concept art  untuk film Drupadi. Film ini dibintangi oleh Dian Sast rowardoyo  dan Dwi Sasono. Selain itu, Ario juga disibukan dengan membuat ilustrasi untuk novel 9 Dari Nadira  karya Laela S. Chudori, dan terlibat dalam pembuatan beberapa iklan.

Nama Ario semakin moncer saat perusahaan komik Amerika Serikat, DC Comics memintanya untuk bergabung dalam tim  yang membuat komik Red Hood and The Outlaws. Komik yang diterbitkan pada 2012 ini melibatkan banyak komikus. Dalam tim ini, Ario bertugas sebagai penciller  atau mengerjakan gambar dasar sesuai cerita yang telah diminta perusahaan.

Tim DC Comics mendapatkan nama Ario karena komikus muda ini menyimpan portofolio karya di internet. Banyak tawaran membuat komik datang ke Ario setelah melihat karyanya di dunia maya, salah satunya dari perusahaan komik di Eropa.

MENGHIDUPKAN NADYA

Kesibukannya membuat komik yang menggambarkan tokoh lain, tidak membuatnya melupakan tokoh Nadya. Ario mengaku mendapatkan tawaran untuk meng hi-dup   kan kembali tokoh Nadya. Sayangnya, hingga saat ini dia belum menyelesaikan komik Nadya versi baru.

Dia mengaku faktor kecermatan dalam menggarap Nadya untuk mendapatkan hasil yang sempurna adalah tantangan terbesarnya. Ario mengaku berprofesi sebagai seniman tidak dapat terlalu idealis. Menurutnya, seniman juga harus mema-hami selera pasar.

Dia mengatakan melalui medium gambar, dapat memahami beragam karakter manusia yang tinggal di dalam maupun luar negeri.  

Ario juga merasa lewat gambar, dapat berbuat lebih banyak untuk masyarakat, contohnya dengan menyam-paikan pesan positif lewat komik atau bahkan beramal dari hasil penjualan karyanya.

Ario menegaskan bahwa mencari penghasilan lewat gambar sangat mungkin. Dia  memberi bocoran, jika menggarap komik pesanan perusahaan asing, perha laman yang digarap akan dibayar antara US$150 hingga US$200.

Di tengah kesibukannya ‘ngomik’, Ario juga mempelajari dunia teater, memahat patung, dan menari. Salah satu hal yang mendorongnya mempelajari cabang seni itu karena melihat banyak orang asing menguasai tarian Nusantara. (DIENA  L ESTARi)

Bagikan

Tags :


Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro