Bisnis.com, JAKARTA -- Beberapa waktu lalu media massa sempat dihebohkan kasus selebriti yang berseteru dengan ibu kandungnya sendiri.
Tidak hanya itu, artis bersangkutan membuat video menghebohkan berisi curahan hatinya yang diunduh ke media sosial. Artis ini diduga mengidap gangguan bipolar. Berawal dari situlah sering muncul istilah depresi bipolar.
Menurut dunia kedokteran, gangguan bipolar merupakan gangguan kejiwaan yang memengaruhi pikiran, perasaan dan perilaku seseorang.
“Pada gangguan bipolar yang berpengaruh adalah ketiga hal tersebut (pikiran, perasaan dan perilaku) namun sesuai dengan namanya bipolar maka artinya dua kutub,” tutur Dr.Andri, SpKJ,FAPM Psikiater Klinik Psikosomatik RS Omni Alam Sutera.
Dua kutub ini mengartikan penderita gangguan bipolar mempunyai dua kutub perasaan yang seringkali berkebalikan,depresi dan mania.
Yang pertama adalah keadaan depresi, di mana penderita merasa marah atau suasana hati dalam keadaan buruk.
Sedangkan di satu sisi lain, penderita bisa mengalami perubahan fase menjadi mania.
Fase mania ini membuat penderita senang atau suasana hati dalam keadaan baik. Perubahan dari dua fase ini bisa menjadi sangat ekstrem.
Gangguan depresi bipolar ini berbeda dengan gangguan depresi saja.
Kedua gangguan ini berpayung kepada gangguan suasana hati.
Gangguan depresi itu bisa disebut unipolar.
Sedangkan gangguan bipolar, penderita bisa mengalami fase depresi dan mania.
Ketika penderita mengalami fase depresi, maka bisa disebut depresi bipolar.
Menurut Dr.Andri tentunya gangguan ini tidak disebabkan satu faktor saja.
Ada beberapa faktor salah satunya faktor genetik bawaan.
Jelasnya, setiap orang bisa mengalami stres. Ada orang yang menjadi cemas, marah dan lainnya.
Namun kepribadian dan faktor sosial lingkungan akan membuat penerimaan pribadi masing-masing orang menjadi berbeda.
Ada yang bisa menghadapinya dengan lebih santai, ada yang bisa menghadapinya menjadi lebih berat dan berkembang menjadi bipolar.
Gangguan bipolar ini bisa terjadi pada anak hingga dewasa, maka ditemukan juga istilah bipolar pada anak.
Menurut Guru Besar Psikologi Sarlito Wirawan Sarwono, untuk menghadapi bipolar pada anak lebih mudah, karena ada peran orang tua.
“Anak masih sangat mengandalkan perlindungan dan dukungan orang tua, sehingga anak merasa nyaman dan bipolar bisa dikurangi,” tutur Sarlito.
Namun Sarlito juga menambahkan jika orang tua tidak mendukung malah menyalahkan dan memarahi anak, maka anak akan semakin keras terhadap reaksi bipolarnya.
Untuk kasus anak, peran orang tua menjadi kunci pencegahan dan penyembuhan.
Dr.Andri menambahkan, bipolar ini rentan terjadi pada perempuan.
“Jika dibandingkan maka perbandingannya perempuan dan laki-laki 3:2,” tutur Dr.Andri.
Faktor hormonal diduga menjadi pengaruh perempuan lebih rentan terkena gangguan bipolar.
Namun, tentunya gangguan ini berbeda dengan sakit fisik seperti demam.
Penderita harus rutin meminum obat agar menekan terjadinya perubahan mood ekstrem.