Rangsangan ASI juga bisa dilakukan dengan memijat di sekitar payudara atau menggunakan pompa manual maupun pompa elektrik. /Bisnis.com
Health

IBU MENYUSUI, Tak Sekadar Memberi ASI

Inda Marlina
Minggu, 14 September 2014 - 04:20
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Kurnia Rusmawati sangat ingin memberikan air susu ibu (ASI) pada anaknya. Awalnya karyawati di bagian Layanan dan Data Tabel PT Jurnalindo Aksara Grafika ini bisa memberikan ASI pada 6 bulan pertama setelah melahirkan. Namun, tiba-tiba air susu tersebut berhenti dan tidak bisa keluar lagi.

Kurnia sudah mencoba berbagai hal, mulai dari mengonsumsi lebih banyak bayam maupun daun katuk. Sayangnya, usaha-usaha tersebut tidak berhasil untuk memancing ASI-nya keluar lagi.

Perempuan berhijab ini pun tidak merasakan perubahan apapun. Dia pernah mendapat informasi ketika ASI berhenti keluar, maka tubuh ibu akan mengalami demam atau sakit. Kurnia ingin memberikan ASI pada anaknya sesuai dengan anjuran para dokter yaitu memberikan ASI pada anak hingga usia 2 tahun.

Pramutia Harirama, dokter dan staf Direktorat Bina Kesehatan Kerja dan Olahraga Kementerian Kesehatan, mengatakan produksi ASI bisa dipengaruhi oleh beberapa hal antara lain psikologi sang ibu, gizi, dan pemberian ASI yang kurang tepat untuk anak.

Psikologi ibu merupakan pengaruh yang besar bagi pemberian ASI. Memberikan air susu membutuhkan kesiapan mental yang baik karena mempengaruhi kualitas ASI. Secara psikologis pula, ASI yang telah berhenti bisa dipancing keluar kembali.

Cara memompa dan memproduksi ASI ini disebut dengan relaktasi. Dalam melakukan relaktasi, Pramutia menyarankan para ibu yang tengah menyusui untuk berkonsultasi dengan dokter atau konselor ASI.

Menurut situs Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia (AIMI), cara efisien dalam melakukan relaktasi adalah sesering mungkin membiarkan sang bayi untuk menyusu pada payudara ibu. Setidaknya, bayi harus disusui sekitar dua jam sekali atau 10 kali dalam 24 jam.

Kebersamaan bersama bayi dan ibu juga sangat penting, terutama pada malam hari. Pada malam hari hormone penghasil ASI, hormon prolaktin sedang mengalami puncak produksi sehingga ASI bisa terpancing untuk keluar.

Frekuensi memberikan ASI pada anak sebaiknya diperhatikan. Sebaiknya, jangan terburu-buru mencabut payudara saat bayi tengah menyusu.

Pramutia menambahkan terdapat dua jenis kandungan di dalam ASI. Pada saat hisapan pertama, ASI akan lebih encer dan berwarna bening karena ASI pertama ini mengandung fruktosa dan glukosa. Selanjutnya, air susu yang keluar akan berwarna lebih kental karena mengandung lemak. Kandungan ini akan memberikan rasa kenyang pada bayi.

“Sering kali para ibu buru-buru mencabut payudaranya ketika bayi sedang menyusu. Padahal, sebaiknya dibiarkan saja agar bayi melepas sendiri karena saat itu dia merasa sudah kenyang,” ujarnya.

Rangsangan ASI juga bisa dilakukan dengan memijat di sekitar payudara atau menggunakan pompa manual maupun pompa elektrik. Namun, Pramutia menyarankan agar tidak menggunakan pompa dengan balon berwarna merah karena tidak mudah untuk dicuci.

Dia menambahkan pompa ASI yang baik, entah itu untuk merangsang ASI atau untuk menyimpan ASI di dalam botol, adalah menggunakan tangan.

Penulis : Inda Marlina
Editor : Fatkhul Maskur
Bagikan

Tags :


Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro