Bisnis.com, DENPASAR - Arcana Foundation mementaskan dua naskah monolog karya Putu Fajar Arcana bertajuk Wakil Rakyat yang Terhormat, Rabu, 12 November 2014 pukul 19.30 Wita dan Orgil oleh aktor Didon Kajeng pukul 16.00 Wita di Bentara Budaya Bali, Jalan Bypass IB Mantra, Ketewel, Gianyar.
Monolog Wakil Rakyat yang Terhormat dibawakan oleh aktris Sha Ine Febriyanti dan Orgil oleh aktor Didon Kajeng. Keduanya akan mementaskan kembali monolog ini dalam ajang Borobudur Writer & Cultural Festival yang mengangkat tema Ratu Adil di Indonesia, 14 November 2014 di Magelang.
Sebelum pementasan di Bali akan diluncurkan buku Monolog Politik karya Putu Fajar Arcana yang diterbitkan Penerbit Buku Kompas. Buku ini berisi 5 naskah monolog yang ditulis dalam rentang waktu 5 tahun.
Putu Fajar Arcana mengaku menulis monolog ini secara khusus untuk mencermati centang-perenang kondisi politik dan hukum di tengah kasus dan isu korupsi, kolusi, kongkalikong pengusaha, birokrat dan politisi, serta hipokrisi yang melanda para pejabat negara.
Tema besar dalam buku ini, menyoroti sifat-sifat munafik dan rakus, yang banyak diidap justru oleh priyayi politik negeri ini. Hal yang sangat spesifik dan karenanya unik, tokoh-tokoh hitam dalam buku ini melakukan orasi politik untukmembenarkan segala perilaku “menyimpang”. Tetapi alih-alih menuju pada perbaikan sikap dan sifat, semakin ada upaya membela diri, para tokoh dalam monolog ini justru semakin memperlihatkan kebejatan moral mereka.
Bahkan kecenderungan membolak-balik fakta menjadi fitnah yang keji, sudah ditulis dalam lakon monolog ini jauh sebelum hal itu terjadi saat ini. “Sifat-sifat seperti itu bisa terjadi kapan saja. Sejak dulu dalam cerita-cerita klasik juga, fitnah itu jadi satu cara menyingkirkan lawan politik. Kita tidak boleh berhenti melawannya,” kata Putu Fajar Arcana yang akrab disapa Can.
Bahkan belakangan, paparnya, keterbelahan yang terjadi di kursi parlemen semakin membuktikan bahwa para priyayi politik itu telah mempertontonkan karakter buruk di hadapan rakyat. “Tontonan itu semakin meyakinkan kita bahwa parlemen kita adalah kumpulan para priyayi yang haus kekuasaan,” ujarnya.