Langit menghitam dan rinai hujan menyambut kami sesaat menjejakkan kaki di Bangkok, Thailand. Cuaca yang sejuk dan cenderung dingin membuat 1,5 jam perjalanan kami menuju destinasi pertama yang terletak di utara kota Bangkok, yakni Ayutthaya atau ancient city, terasa nyaman.
Berkunjung ke Thailand tidak akan pernah lengkap tanpa menjejakkan kaki ke tempat bersuasana magis ini. Jika Anda merasa bosan dengan hiruk pikuk turis dan hingar bingar bar yang berjajar di sepanjang kota Bangkok, maka reruntuhan Ayutthaya menjadi pilihan yang tepat. Tempat yang pernah menjadi ibu kota kerajaan Siam sebelum dipindahkan ke Bangkok, dapat dikunjungi tanpa perlu repot menginap.
Ayutthaya berupa daratan yang dikelilingi tiga sungai, salah satunya adalah sungai legendaris, Chao Phraya yang aliran sungainya melintasi kota Bangkok. Pada abad ke-14, Ayutthaya berkembang menjadi kerajaan yang besar dan kuat di kawasan Asia Tenggara, dengan wilayah meliputi Thailand, Laos, sebagian wilayah Myanmar dan Kamboja. Pada masa kejayaannya, kerajaan Ayutthaya berhasil menghancurkan kerajaan Angkor di Kamboja.
Sisa-sisa kejayaan Ayutthaya dapat dilihat dari reruntuhan bangunan yang masih terawatt hingga kini. Di tempat ini, juga banyak berdiri kuil Buddha, lengkap dengan pagoda atau candi yang bentuknya menyerupai lonceng. Sejarah mencatat Ayutthaya pernah dua kali ditaklukkan kerajaan Burma. Penaklukan kedua yang dilakukan Burma pada 1767 selama 14 bulan, berhasil meruntuhkan kota ini.
Pasukan Burma menghancurkan dan membakar kota ini. Paskapendudukan Burma, pada akhirnya muncul panglima perang Ayutthaya berhasil mengusir pasukan Burma dan mendirikan dinasti Chakri, yang kemudian memindahkan pusat kerajaan ke Bangkok.
Jika Anda capek berjalan kaki mengelilingi tempat ini, Anda dapat menyewa sepeda dengan membayar 50 Bath saja. Nuansa kota di masa lalu dapat Anda nikmati dengan kayuhan sepeda. Salah satu tempat di lokasi ini yang paling luas dan tidak terlalu parah kerusakan candinya adalah Wat Phra Si Sanphet. Di tempat ini terdapat tiga candi berukuran besar. Tidak jauh dari lokasi Wat Phra Si Sanphet, tepatnya di Wat Phra Mahatat, terdapat patung kepala Budha yang terlilit akar pohon besar. Secara visual, pemandangan ini terasa sangat eksotis.
Saat ini, Ayuttaya tercatat sebagai salah satu kota di Thailand yang penduduknya beragama muslim. Tidak terlalu sulit untuk menemukan masjid di tempat ini. Warga muslim ternyata sudah mendiami tempat ini, jauh sebelum Ayutthaya dihancurkan oleh pasukan Burma. Kota ini kembali dipugar total ketika The United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) menjadikan tempat ini sebagai World Heritage Site pada 1981.
Penduduk sekitar meyakini sebuah kisah yang dituturkan secara turun temurun, jika bumi bergoyang atau gempa, fenomena itu tidak termasuk sebagai bencana alam, melainkan bagian dari suasana spiritual. Pemandu wisata yang membawa kami berkeliling menuturkan penduduk percaya di bawah kota Ayutthaya terdapat ikan raksasa berkepala buaya yang sedang tidur. Keberadaan hewan ini diyakini warga pemeluk Hindu maupun Budha. Jika terjadi gempa, maka penduduk akan segera memberikan persembahan sebagai upaya menenangkan mahluk tersebut.