Bisnis.com, JAKARTA - Anda mungkin pernah mendengar tentang introvert dan ekstrovert, atau bahkan mungkin ambivert. Tapi ternyata, ada satu kepribadian yang punya sebutan lain, yaitu otrovert.
Dalam buku terbarunya, The Gift Of Not Belonging, psikiater Rami Kaminski memperkenalkan tipe kepribadian baru, yang menggambarkan mereka yang berkembang dalam interaksi satu lawan satu, namun sering merasa terasing, tidak nyaman, dan sendirian dalam kelompok besar.
Bukan ekstrovert yang terpacu oleh interaksi sosial, atau introvert bisa yang kelelahan karenanya, Dr. Kaminski berpendapat bahwa otrovert "tidak memiliki dorongan komunal".
Orang yang otrovert mungkin akan tampak lebih dewasa daripada usianya, menghindari drama, dan lebih menyukai persahabatan yang mendalam daripada olahraga tim dan pesta. Kepribadian ini bahkan sudah bisa terlihat sejak masih anak-anak.
Apa itu 'otrovert'?
Saat lahir, bayi tidak menyadari apa pun yang bersifat sosial. Seperti yang dikatakan Kaminski bahwa naluri keterikatan yang didorong oleh keinginan untuk bertahan hidup menumbuhkan preferensi terhadap sedikit pengasuh sementara mengabaikan kelompok yang lebih besar.
Namun, sekitar usia dua tahun, ada sesuatu yang berubah. Kita akan mengajari balita untuk bersosialisasi dengan orang lain dan memperhatikan kebutuhan orang lain.
Pada usia empat tahun, anak-anak akan mulai mengenali budaya lokal dan identitas berbasis kelompok, dan sejak saat itu, setiap anak akan mengalami pengondisian budaya melalui paparan terhadap lingkungan, bahasa, dan adat istiadat mereka, serta bimbingan berkelanjutan dari orang dewasa di sekitar mereka.
Namun, beberapa anak akan menolak pengondisian sosial ini. Mereka bisa terhubung seperti anak-anak lainnya, tetapi tidak dapat dipaksa untuk menjadi bagian dari suatu kelompok.
Sisanya akan bergabung dengan kelompok sepanjang hidup mereka, menukar sebagian individualitas mereka dengan identitas kelompok."
Kaminski menggambarkan anak otrovert sebagai neurotipikal, ramah, ingin tahu, mudah beradaptasi, dan seringkali populer. Namun mereka akan menolak tekanan untuk mengikuti kegiatan kelompok.
Meskipun hal ini mungkin tampak sepele di masa kanak-kanak, Kaminski menilai pada masa remaja, bergabung dengan kelompok sebaya menjadi sangat penting, dan remaja cenderung akan mulai mengukur harga diri mereka berdasarkan peringkat popularitas atau ketidakpopuleran kelompok tersebut.
"Keanggotaan dalam suatu kelompok, serendah apa pun, lebih baik daripada menjadi orang luar atau outsider. Namun, orang otrovert biasanya akan merasa nyaman menjadi orang luar dan merasa mustahil untuk merasa seperti orang dalam, terlepas dari seberapa diterimanya mereka," jelasnya