Bisnis.com, JAKARTA -- Sosok Gandari dalam kisah epos Mahabharata termasuk salah satu karakter yang jarang terekspos. Padahal, sosok perempuan yang menjadi ibu para kurawa itu memiliki sikap-sikap dan nilai-nilai filosofis yang bisa menjadi inspirasi.
Gagasan itulah yang menjadi dasar lahirnya OperaTari Gandari, sebuah pertunjukan kolaborasi seniman-seniman lintas negara antara Indonesia-Jepang-Belanda-Jerman yang diangkat dari puisi Goenawan Muhammad dan ditafsirkan melalui komposisi musik oleh Tony Prabowo. Pertunjukan lintas disiplin yang menggabungkan seni sastra, musik orkestra kontemporer, tari dan seni rupa ini disutradarai oleh Yudi Ahmad Tajudin dan akan dipentaskan pada 12-13 Desember di Teater Jakarta Taman Ismail Marzuki (TIM).
“Ide pembuatan opera tari sebetulnya sudah mengemuka sejak 2011 akhir, waktu itu saya belum menemukan teks yang tepat. Tapi dari situ saya memang sudah tertarik untuk bekerja sama kembali dengan Yudi dan Akiko Kitamura,” ujar komposer Tony Prabowo, dalam konferensi pers yang digelar Kamis (04/12).
Dia menambahkan, ini bukanlah kali pertama dia berkolaborasi dengan Yudi A. Tajudin. Sebelumnya mereka pernah berkolaborasi dalam garapan berjudul The King’s Witch (2006), Tan Malaka (2010/2011) dan Ing Raga (2011/2012).
“Dalam puisinya, Mas Gun tidak menetapkan Gandari sebagai prototipe moral, tetapi sebagai subjek yang punya perasaan, pikiran. Juga sebagai pribadi, perempuan, ibu yang mengalami banyak hal dan mengambil sikap dengan caranya sendiri: menutup matanya, yang bukan merupakan bentuk penyerahan diri, melainkan bentuk protes,” ujar sutradara Yudi A. Tajudin .
Lebih lanjut dia menambahkan, berangkat dari tafsir itulah dia pun mulai membayangkan dan merancang pertunjukan melalui komposisi musik Tony Prabowo yang disertai proses diskusi dengan seniman tari asal Jepang Akiko Kitamura. Hasil diskusinya itu pun dikembangkan lebih lanjut ke dalam proses latihan tari di mana mereka menggabungkan karakteristik tari kontemporer Indonesia dan Jepang . Tarian itu akan dibawakan oleh enam orang penari, terdiri dari tiga penari Indonesia yang diwakili Danang Pamungkas, Rianto dan Luluk Arie Prasetyo dan sisanya penari Jepang seperti Kana Ote, Yuki Nishiyama dan Lion Kawai.
Pertunjukan besar ini melibatkan banyak seniman-seniman ternama yang sudah menjadi ahli di bidangnya. Selain nama besar seperti Tony Prabowo, Yudi A. Tajudin dan Akiko Kitamura, seniman lain yang terlibat antara lain Sita Nursanti dan Landung Simatupang sebagai narator. Selain itu juga ada Asko Schoberg asal Belanda dalam orkes, The Hague Percussion dalam perkusi, Bas Wiegers asal Belanda sebagai konduktor dan Batavia Madrigal Singers sebagai paduan suara.
Ada pula Avip Priatna sebagai direktur musik, Yasmina Zulkarnain sebagai stage manager, Chitra Subiyakto sebagai perancang kostum, Jan Maertens sebagai penata cahaya, dan masih banyak lainnya. Selain pentas di Jakarta, pertunjukan berdurasi satu jam ini juga direncanakan akan dipentaskan kembali di Frankfurt tahun depan. Harga tiket mulai dari Rp150ribu hingga Rp350.000