Bisnis.com, JAKARTA - Ingin mengeksplorasi keindahan bawah laut? Diving bisa menjadi salah satu cara terbaik untuk menikmati ciptaan Tuhan.
Untuk membantu mewujudkannya, sekolah menyelam saat ini sudah banyak bermunculan. Tapi, jangan asal pilih demi keselamatan nyawa saat melakukan olah raga air tersebut.
Salah satu sekolah atau kursus menyelam yang berdiri di Jakarta adalah Jakarta Ocean Dive yang dibuka sejak 2006 oleh Andrew Lioe.
Ide untuk membuka kursus tersebut diawali dari kegemarannya melakoni olah raga air.
Saat itu, menyelam masih dinilai sebagai aktivitas ekstrem dan mahal, sehingga respons yang diterima saat awal membuka kursus kurang begitu baik.
Kemudia Andrew berinisiatif untuk membuka kelas scubagratis sebagai upaya untuk memperkenalkan olah raga air itu kepada masyarakat.
“Kami coba untuk menarik minat masyarakat dulu dengan scubagratis, saat itu mulai ada yang tertarik hingga memutuskan untuk ikut kursus,” paparnya.
Karena belum memiliki sertifikat instruktur, pada awal pembukaan kursus, Andrew bekerja sama dengan beberapa instruktur selam untuk menjadi tenaga pengajar, sedangkan ia fokus menyewakan peralatan menyelam sebagai usaha sampingan selain kursus.
“Saya baru ambil lisensi instruktur pada 2009-2010, setelah itu saya juga ikut mengajar,” katanya.
Di Jakarta Ocean Dive, ada lima jenis kelas berjenjang yang ditawarkan, yakni Discovery Scuba Diving, Open Water Diver, Advance Open Water Diver, Rescue Diver dan Emergency First Response.
Bagi pemula, Andrew menyarankan untuk mencoba pelatihan Discovery Scuba Diving terlebih dulu. Fungsinya sebagai tahap pengenalan teknik-teknik dasar serta beradaptasi dengan peralatan yang dibutuhkan untuk mengeksplorasi dunia bawah air.
“Bagi yang ingin mencoba dan penasaran, bisa mencoba scuba diving dengan biaya Rp150.000 per pertemuan, itu sudah termasuk sewa peralatan dan instruktur dengan lama sesi sekitar 1 – 1,5 jam,” paparnya.
Setelah itu, peserta kursus bisa melanjutkan untuk mengambil kelas Open Water Diver. Pada kelas dengan biaya Rp3 juta ini, peserta akan mengikuti 1 sesi kelas teori, 2 sesi kelas pelatihan di kolam dan ujian menyelam di laut, dengan masing-masing sesi selama 4 jam.
“Biaya tersebut di luar ongkos untuk melakukan ujian di laut, total bisa menjadi Rp4,5 juta termasuk transportasi dan akomodasi ujian menyelam di Kepulauan Seribu,” katanya.
Jadwal latihan yang diselenggarakan Jakarta Ocean Dive juga sangat fleksibel, calon siswa bisa memilih kelas teori dan praktik di kolam setiap hari, mulai pukul 08.00-16.00 WIB, dan pukul 18.00-21.00 WIB. Sementara itu, latihan dilakukan di Gelora Bung Karno, Senayan.
Setiap peserta yang telah selesai mengikuti sesi pelatihan dan lulus ujian laut, akan mendapatkan Open Water Certificate dan Junior Open Water Diver License yang berlaku seumur hidup dan bisa digunakan di seluruh dunia.
“Sertifikat dan lisensi yang kami sediakan berasal dari Professional Association of Diving Instructors [PADI] dan Scuba Schools International [SSI], peserta kursus bisa memilih salah satu,” paparnya.
Selain itu, siswa juga akan dibekali oleh logbook sebagai dokumentasi dan catatan aktivitas penyelaman. Jumlah log tersebut juga menjadi acuan agar siswa bisa mengikuti kursus pada level berikutnya.
“Setelah kursus open water selesai, siswa sudah memiliki 4 log, dan perlu memiliki minimal 20 log untuk naik ke level berikutnya,” paparnya.
Dalam sebulan, Jakarta Ocean Dive bisa menerima siswa 5-10 orang dengan rentang umur dari 11-60 tahun. Omzet yang diterima Andrew pun berkisar antara Rp20 juta-Rp40 juta.
“Margin keuntungannya maksimal 50%, karena kami harus membayar biaya buku dan lisensi sekitar Rp1,5 juta per orang,” paparnya.
Selain mengelola Jakarta Ocean Dive, Andrew juga telah membuka cabang kursus menyelam di beberapa tempat, seperti Derawan Ocean Dive dan Bali Ocean Dive. Dalam waktu dekat, dia juga merencanakan untuk mengelola pusat menyelam di daerah Ternate.
“Sudah ada yang menjajaki kerja sama untuk mengelola sebuah pulau di Ternate untuk dijadikan pusat diving,” paparnya.
Andrew melihat, prospek bisnis kursus menyelam sangat cerah, didukung antusiasme masyarakat terhadap aktivitas tersebut. Akibatnya, penyelenggara kursus menyelam juga semakin menjamur, bahkan ada yang menawarkan harga sangat murah.
“Harus hati-hati kalau ada diving course yang menawarkan biaya kursus sangat murah, biasanya mereka menekan biaya dengan memotong waktu latihan dan ujian. Misalkan, yang harusnya dua hari di laut hanya jadi satu hari, biasanya tidak akan maksimal kualitasnya,” paparnya.
Karena hal itu juga, banyak terjadi kasus penyelam yang meninggal saat mengeksplorasi dunia bawah air, diduga karena tidak menguasai teknik-teknik dasar yang diperlukan demi keselematan di air.
Karena keprihatinannya tersebut, Andrew bersama rekan-rekan instruktur lainnya berinisiatif untuk membuat club diver yang akan melatih teknik-teknik menyelam secara gratis bagi peserta kursus yang belum maksimal menguasai setiap teknik menyelam.
“Bentuknya dengan latihan menyelam bersama dua sesi dalam sebulan, sekarang pesertanya sekitar 40 orang,” katanya.