Ilustrasi pensiun/customlicenseplatensandkeytags.com
Relationship

Tips Agar Pensiunan Tak Jadi Pasien Psikiater

Newswire
Rabu, 25 Februari 2015 - 13:43
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA— Banyak pensiunan merasa merdeka dan bebas dari beban rezim kekuasaan setelah mereka bekerja 20 atau 30 tahun.

“Alhasil mereka menikmati hidup ala hedonis. Pergi tamasya ke Alaska, tiap malam ikut pesta dansa-dansi musik tahun 80-an,” kata Goenardjoadi Goenawan, pengarang buku Money Intelligence, Rabu (25/2/2015).

SIMAK: Bukan Depok, tapi Kota Bekasi Terkotor se-Jawa Barat

 

Fenomena pensiunan yang hidup hedonis, kata Goenardjoadi, kemungkinan timbul akibat kurang persiapan dalam mengubah paradigma gaya kantoran.

“Dulunya dia berkuasa dan setelah pensiun ingin meneruskan gaya berkuasa dengan menggunakan uang.”

Goenardjoadi menjelaskan, biasanya pensiunan menghabiskan uang lebih cepat. Sebab, mereka ingin dikenal sebagai orang sukses (kaya) dibandingkan dengan koleganya yang lain.

Para pensiunan tidak dibekali dengan paradigma atau pola pikir mengenai nilai uang di dunia luar. Mereka menganggap uang dimulai dari job description, budget, dan target. Padahal, ujar Goenardjoadi, hidup di tengah masyarakat tidak mengenal job description.

“Pensiunan akhirnya terjepit pada last chance. Setelah trial and error dengan investasi sana-sini akhirnya menjadi pasien psikiater,” ucap Goenardjoadi.

Masalah

Dia menambahkan, masalah utama yang dihadapi para pensiunan adalah relationship. Hubungan dengan bawahan yang dulunya bersifat internal kini semua menjadi eksternal, tak ada pihak manapun yang tunduk di bawahnya karena semuanya pihak independen. Kedua, leadership.

Dulunya lingkungan kepemimpinannya bersifat tertutup atau sebatas anak buah di kantor, sekarang leadership di kalangan luas.

Akibatnya muncul istilah post power syndrome. Maksudnya istri di rumah dimarahi karena dianggap seperti sekretarisnya sewaktu dia masih berjaya dulu. Lantas, ada perasaan takut bahwa nanti dia hidup dalam keadaan sakit payah, sedangkan uangnya menipis.

“Seperti bom waktu yang berakibat pada rasa frustasi sehingga tak berdaya,” kata Goenardjoadi, yang juga mantan Wakil Presiden PT Angsana Dwitunggal, pemegang lisensi restoran cepat saji Haesanmul Gansig.

Dia menyarankan agar para pensiunan mulai mengubah paradigama hidup kantoran dengan jiwa usahawan. Dengan wiraswasta tujuan hidupnya bukan mencari kekayaan, namun lebih ke arah:

1. Selalu setia dengan uang kecil. Tiap hari mesti menghitung berapa belanja dan berapa pendapatan yang dihasilkan.

2. Tidak lagi bergaya hidup ala Donald Trump. Hidup tidak perlu show off atau pamer. Hidup secukupnya sehingga adaa kepuasan lahir-batin.

 

Penulis : Newswire
Editor : Nancy Junita
Sumber : Tempo.co
Bagikan

Tags :


Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro