Bisnis.com, JAKARTA—Coca-Cola Indonesia bersama komunitas anti-bullying SudahDong meluncurkan kampanye “Rayakan Namamu” sebagai aksi melawan pembulian verbal (verbal bullying). Kampanye ini membawa misi untuk menyadarkan masyarakat Indonesia dalam merayakan keindahan makna dari sebuah nama.
Adapun, kampanye “Rayakan Namamu” ditandai dengan peluncuran sebuah film pendek yang bercerita tentang tiga orang yang mewakili korban verbal bullying melalui praktek pemberian nama julukan atau olokan (name-calling).
Marketing Manager Coca-Cola Indonesia Suryanto Gunawan mengatakan sejak pertengahan tahun lalu, Coca-Cola telah menghadirkan berbagai inisiatif untuk mengakrabkan hubungan sosial. Teknik tersebut dieksekusi melalui pencatuman nama pada botol atau kaleng kemasan produk Coca-Cola.
“Sekarang kami meneruskannya menjadi gerakan positif yang mendalam untuk merayakan keindahan sebuah nama. Dengan ini, kita bisa mengingatkan sesama untuk melawan praktek pemberian nama julukan,” katanya di Jakarta, Rabu (13/1/2016).
Masyarakat, lanjut dia, dapat berpartisipasi dalam kampanye ini dengan mengganti profil avatar sosial media dengan tulisan I Stand Against Verbal Bullying beserta foto mereka. Masyarakat juga dapat membagikan dukungannya melalui twibbon ke profil Facebook dan Twitter dengan mengaksescokeurl.com/rayakannamamu.
Selain itu, masyarakat Indonesia juga dapat berbagi makna nama mereka di website Coca-Cola di cokeurl.com/shareacokeid
Dalam kampanye ini, Coca-Cola Indonesia dan komunitas SudahDong menggandeng artis papan atas untuk turut mekawan aksi bullying. Mereka yaitu Tulus, Giring Ganesha “Nidji” dan Tatjiana Saphira.
Pendiri Komunitas SudahDong Katyana Wardhana mengatakan verbal bullying dinilai sangat membahayakan kehidupan seseorang dan menyebabkan depresi hingga ke kehidupan dewasa. Oleh karena itu, perempuan kelahiran 19 tahun yang lalu ini mendirikan SudahDong pada 2014.
Data dari UNICEF 2014 menyebutkan terdapat 50% anak melaporkan mengalami bullying di sekolah. Hal ini seringkali menurunkan minat dan prestasi anak di sekolah. Tak jarang, beberapa di antaranya sering membolos, pindah sekolah hingga drop-out.