JAKARTA, Bisnis.com - Aspek nonmedik menjadi kendala utama pelaksanaan transplantasi ginjal di Indonesia.
Dokter spesialis nefrologi dari RS PGI Cikini Tunggul D. Situmorang menjelaskan aspek nonmedik ini antara lain kurangnya jumlah donor, biaya tinggi, aspek hukum, serta persoalan etika dan sudut pandang keagaaman. Tunggul menuturkan keterbatasan donor ginjal sebenarnya tidak hanya menjadi masalah di Indonesia, tetapi juga di seluruh dunia.
Guna menanggulangi persoalan tersebut, beberapa negara menerapkan sejumlah strategi. Amerika Serikat misalnya, membentuk organisasi perekrut yang disebut United State Network Organ Sharing (UNOS). Sementara itu, Iran memperlakukan pendonor ginjal sepert pahlawan dan diberikan penghargaan tinggi.
“Kesenjangan antara jumlah donor dengan besarnya kebutuhan akan menimbulkan upaya penjualan organ oleh pihak yang tidak bertanggungjawab,” katanya pada Rabu (3/2/2016).
Tunggul menuturkan agar bisa diterapkan di Indonesia memang harus di lakukan kajian lebih lanjut. Apalagi saat ini Indonesia juga belum mengenal donor ginjal dari jenazah yang sebenarnya sudah lazim di banyak negara. Namun, dia menegaskan penjualan organ apapun motifnya tidak dibenarkan dalam dunia kedokteran.
Selain aspek nonmedik, beberapa masalah medis yang biasanya terjadi dalam transplantasi ginjal antara lain reaksi penolakan jaringan. Namun, permasalahan ini sudah bisa diatasi seiring dengan perkembangan dunia pengobatan dan peningkatan keahlian para ahli bedah.
