Ilustrasi film/
Entertainment

Apa Sih Film Dokumenter Itu?

Diena Lestari
Sabtu, 13 Februari 2016 - 10:30
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Interpretasi dari sebuah kata dokumenter merupakan kata yang mengarah pada sesuatu yang nyata, faktual, atau merekam realitas dari peristiwa.

Mengabadikan kenyataan pada gambar hidup memang menarik. Meskipun pada kenyataannya film dokumenter masih sangat minim penonton. Namun, di luar masalah keekonomian, film dokumenter dinilai sebagai perwujudan interpretasi kreatif tentang realitas dan aktualitas.

Kesan tentang keduanya digambarkan secara kuat dalam film jenis ini. Film dokumenter menjadi medium yang sangat tepat untuk mengangkat persoalan nyata di masa lalu.

Kelahiran film dokumenter dimulai dengan orang melihat dan mengapresiasi setiap adegan yang disusun dengan melalui mata, prespektif, tata bahasa visual, dan suara si sutradara.

Mengangkat reali-tas membuat film dokumenter memiliki cakupan dari zona yang sangat kompleks. Menariknya, para spectator mampu menerima posisi film dokumenter sebagai kenyataan baru ini dan merasa mendapatkan pemahaman baru tentang dunia yang belum pernah mereka lihat.

Sejak genre film ini diperkenalkan oleh sineas asal Inggris John Grierson, para penggiat film dokumenter di seluruh dunia berlomba-lomba memperdalam penguasaan sinematografi dokumenter.

Tidak ubahnya seni rupa yang menempatkan kuas sebagai alat untuk mewujudkan ide, fungsi kamera dalam film dokumenter sebagai cerminan teknik estetika sinematografi.

Ditilik dari sisi teknis, kamera yang digunakan hanya berlensa standar. Manipulasi ukuran gambar/ shot menjadi tabu. Sutradara dituntut kejeliannya untuk mengeksplorasi sudut pengambilan gambar.

Dalam rekam jejak film dokumenter terdapat tiga teknik pengambilan gambar yakni Kino Pravda, Cinema Verite, dan Post Modern Documentry.

Teknik pertama, dipopularkan oleh sineas Rusia Dziga Vertov dengan konsep kino eye. Dia berprinsip bahwa kamera merupakan mata film kino eye/kino glaz. Karyanya yang berjudul Man With a Movie Camera (1929) berisi rekonstruksi gambar yang didapat melalui kamera dan berhasil menyampaikan pesan subjektivitas yang disampaikan kepada penonton.

Pendekatan pengambilan gambar yang dilakukan Vertov terkenal dengan merekam seluruh aspek di luar subjek dan objek, yakni properti termasuk waktu proses perekaman gambar dilakukan.

Kedua, Cinema Verite yang sangat diakrabi para sineas dokumenter di Prancis. Dalam teknik ini, para sineas berikut kameranya hanya berfungsi sebagai pengamat yang merekam peristiwa.

Para sineas yang menggunakan aliran ini biasanya menggunakan perangkat tambahan seperti crane, tripod, atau dolly camera movement. Film Nanook of The North (1922) karya Robert Flaherty atau Triumph of The Will (1935) karya Leni Riefenstahl mewakili estetika sinematografi Cinema Verite yang memukau.

Ketiga, Post Modern Documentry menggali lebih dalam tentang tanda semiologi dan semiotika dalam sejumlah film dokumenter. Teknik ini mengombinasikan antara Cinema Verite dan romantisme visual.

Beberapa adegan menyisipkan slow motion shot. Variasi ini merupakan telaah baru dalam film dokumenter. Namun, dari ketiganya memiliki benang merah yang sama, yakni memperlihatkan peristiwa nyata melalui gambar bergerak. ()

Penulis : Diena Lestari
Editor : Fatkhul Maskur
Sumber : Bisnis Indonesia, Minggu (14/2/2016)
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro