Bisnis.com, JAKARTA – Sekolah mode Lembaga Pendidikan Tata Busana (LPTB) Susan Budihardjo melalui Acakacak Butik memperagakan rancangannya bertajuk Z’rowaste dengan prinsip tanpa limbah pada ajang Indonesia Fashion Week 2016 di JCC.
Pada kesempatan tersebut, Acakacak Butik mendapat tantangan dari SMESCO untuk mengolah dua kain Nusantara yaitu tenun lurik dan tenun ikat Tanimbar, Maluku Tenggara Barat.
DNA produk Acakacak by LPTB Susan Budihardjo yang berbasis di Bali dan berjualan via online itu bergaya kasual, rileks, resor, ringan.
“Belakangan ini, LPTB Susan Budihardjo tengah mencanangkan untuk menggunakan wastra Indonesia dalam berkarya kepada para alumni yang ikut bergabung di dalam butik Acakacak. Bahkan kami mempunyai program di kelas, mengenalkan kain-kain Nusantara,” kata Susan Budihardjo, Pimpinan Sekolah LPTB Susan Budihardjo..
Acakacak by LPTB Susan Budihardjo, merupakan satu-satunya toko yang dikeluarkan oleh sebuah sekolah mode itu, menyertakan duabelas desainer anggotanya.
Keduabelas desainer itu menerapkan motif saling tabrak yang berani. Lurik hitam bermotif tiga garis, lima garis, atau gerimis, dipadukan dengan batik bermotif parang dan truntum dalam warna sogan, hitam atau putih.
Kendala lebar bahan yang pendek tidak menghambat kreativitas. Pada padan gaya ala Acakacak mampu meretas yang lazim dianggap harmonis.
“Kami ingin agar kain tradisional seperti lurik dan batik, menjadi mudah diterima oleh anak-anak muda, karena itu kami bermain-main dengan potongan yang berkesan sembarang, menggunakan bahan masa kini seperti scuba, dan pada padan yang adaptif terhadap segala usia,” kata Aurelia Dalimunthe,juru bicara dalam menggarap lurik itu.
Banyak varian yang dapat dipadupadankan dengan bebas, ada jaket bomber, celana 7/8, celana 3/4 dengan detail belahan, hingga sweater.
Tenun Ikat Tanimbar
Tanimbar, tenun ikat asal Maluku Tenggara Barat. Z’rowaste pada penampilan Tanimbar diterapkan sebagai minim potong. Keduabelas desainer itu membuat siluet yang ringkas, lurus, longgar, juga menggunakan teknik moulage agar tidak terlalu banyak guntingan.
“Kendala terbesar dalam menggarap tenun tradisional, khususnya Tanimbar ini, adalah lebar kain yang pendek. Kami akali dengan menyambungkannya dengan bahan lain,”kata Astri Prinita, juru bicara yang menggarap Tanimbar.
Penambahan motif sablon di atas bahan Tanimbar merupakan upaya para desainer itu untuk memberi kesan busananya lebih atraktif dan lebih muda. Motif sablon putih berbentuk bunga itu diadopsi dari motif bunga berukuran kecil, dan motif kupu-kupu, yang biasa muncul pada tenun Tanimbar. Motif bunga itu dibuat dalam ukuran besar dan ditempatkan di bagian busana yang mudah terlihat, seperti pada bagian punggung dan lengan.
Tenun Tanimbar yang tebal, bertekstur kasar, kaya warna itu ditabrakkan dengan kain lurik hitam yang bermotif geometris dan cenderung bertekstur lebih halus. Bahan semacam scuba, katun, kanvas juga dipadukan dengan bahan tenun itu.
Rancangannya dapat berupa rompi panjang, cape, jaket panjang, celana ¾, rok span, outer.