Ilustrasi anak penyandang autisme/Istimewa
Health

Seperti Ini Gejala Autisme pada Anak

Rezza Aji Pratama
Senin, 11 April 2016 - 18:22
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Pernah melihat anak yang mengalami gejala autisme?

Sulit diajak berkomunikasi merupakan salah satu ciri yang paling jelas terlihat. Di dunia kesehatan mental, penyakit ini di sebut sebagai gangguan spektrum autistik (GSA).

Perkembangan penderita autistik di dunia signifikan dalam dua dekade terakhir. Padaa 1966 dilaporkan rata-rata prevalensinya mencapai 4,5/10.000 anak di Inggris. Adapun pada 2010 di Amerika Serikat terjadi kasus 1:100 kelahiran hidup. Sayangnya, belum ada data yang pasti di Indonesia.

Menurut Ika Widyawati, dokter spesialis kesehatan jiwa konsultan psikiatri anak dan remaja Rumah Sakit Pondok Indah, sampai saat ini belum diketahui dengan jelas penyebab gangguan autistik tersebut. Beberapa penelitian memang mengarah pada faktor genetik, gangguan neurologis, dan biokimia di otak anak.

“Ibarat puzzle, masih banyak potongan puzzle yang belum ditemukan terkait dengan GSA ini,” ujarnya.

Kendati demikian, gejala autistik pada anak ini sebenarnya bisa dideteksi sejak sebelum usia 3 tahun. Bagi anak laki-laki, risiko terkenal GSA jauh lebih besar dibandingkan dengan anak perempuan. Oleh karena itu Ika menyarankan orangtua agar memperhatikan betul perkembangan anak dalam usia-usia dini tersebut.

Beberapa gejala GSA yang bisa dilihat antara lain:

1.Anak tidak bisa menunjuk, mengoceh atau menunjukkan gesture berupa mimik wajah pada usia 12 bulan.

Pada anak usia 12 bulan rasa keingintahuan sudah muncul sehingga perilaku dasar seperti menunjuk atau mengoceh sangat terlihat. Pada anak yang menderita autisme, perilaku seperti ini tidak muncul. Anak bisa saja mengulurkan tangannya seperti menunjuk sesuatu. Namun, jika tidak disertai kontak mata para orangtua harus mulai mewaspadai gejala autisme.

2.Tidak bisa melihat ke benda yang ditunjuk orang lain

Ketika seseorang memberi perintah kepada anak untuk melihat suatu benda, penderita autime tidak bisa mengikutinya. Pada anak normal, anak akan melihat ke arah telunjuk yang memberi perintah kemudian beralih ke benda yang ditunjuk. Namun, anak penderita autismee hanya akan terpaku pada telunjuk si pemberi perintah.

3.Kehilangan kemampuan bicara

Ika menceritakan, dirinya pernah menangani pasien dengan jenis ini. Awalnya perkembangan anak tersebut normal seperti anak lainnya. Namun, pada tahun ketiga anak tersebut mendadak kehilangan kemampuan untuk berbicara.

Awalnya hanya kata-kata tertentu yang menghilang. Namun, semakin lama anak tersebut tidak bisa membuat kalimat utuh. Kondisi ini terus memburuk yang membuat anak penderita GSA tersebut tidak bisa lagi berkomunikasi.Selain kehilangan kemampuan berbicara, anak autismee biasanya juga tidak bisa mengucapkan satu kata pun pada usia 16 bulan.

4.Kehilangan kemampua sosial pada usia kapan saja.

Kemampuan sosial merupakan modal dasar tumbuh kembang seorang anak. Namun, karena kesulitan berkomunikasi, anak penderita autismee tidak akan memiliki kemampuan sosial yang baik.

5.Anak tidak bisa main pura-pura

Pernah melihat anak-anak mengimajinasikan sendok sebagai pesawat? Atau pulpen yang dijadikan mic untuk menyanyi? Pada anak normal, kemampuan untuk berimajinasi tersebut merupakan hal yang sangat penting.

Namun, pada anak yang menderita autime, kemampuan berimajinasi ini tidak ada.

“Anak autistik akan melihat benda tersebut sebagai mana adanya,” katanya.

Menurut Ika, anak penderita GSA biasanya akan menjalani sejumlah terapi. Dia menegaskan, terapi ini harus yang berdasarkan kajian keilmuan yang meliputi bidang medis, pendidikan, psikologi, terapi wicara dan lain-lain.

Terapi biasanya dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan komunikasi anak. Salah satu aspek penting yang harus diperhatikan adalah bahasa. Faktor ini akan berpengaruh besar pada kemampuan belajar anak.

“Kadang beda dialek saja anak autistik tidak bisa memahami. Jadi orang tua kalau bisa jangan pakai macam-macam bahasa,” katanya.

Demi mendukung perkembangan anak autisme, para orangtua harus mampu mengendalikan emosinya. Sebab hanya dengan menjadi orang tua yang cerdas, anak autisme akan memiliki masa depan yang baik.  

Editor : Nancy Junita
Bagikan

Tags :


Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro