re: ON Comics. /re: ON Comics
Referensi

Tren Penerbit Digital Lejitkan Karya-Karya Komikus Lokal

Wike Dita Herlinda
Rabu, 4 Mei 2016 - 13:00
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Peralihan preferensi penggemar komik dan komikus ke arah media online mendorong kemunculan berbagai situs penyedia komik digital untuk mengakomodasi kebutuhan pembuat maupun pembaca komik.

Penggunaan media daring sebagai sarana presentasi dinilai memudahkan komikus untuk mempromosikan karya-karya mereka, serta menjangkau target dan pangsa pasar yang lebih luas.

Melihat peluang bisnis komik digital yang semakin menggairahkan, mulai bermunculan pula portal-portal penerbit komik digital. Salah satunya adalah re: ON Comics, yang mendedikasikan situsnya untuk mewadahi para komikus digital.

Situs tersebut juga menjadi satu-satunya situs penerbit komik kompilasi independen dengan komunitas terbesar di Tanah Air. Genre yang ditawarkan sangat bervariasi, dan pengaksesnya tersebar dari segala rentang usia dan domisili.

Dengan demikian, siapapun komikus lokalnyabaik yang muda maupun yang sudah senior dengan jam terbang tinggi berkesempatan sama untuk menerbitkan karya mereka dalam bentuk cerita panjang atau komik berseri.

Sebaliknya, para penggemar komik digital pun memiliki seleksi yang lebih luas terhadap cerita yang mereka sukai, yang kualitasnya tidak kalah dengan komik-komik buatan asing, seperti Jepang.

Lantas, bagaimana prospek bisnis penyedia jasa dan penerbitan komik kompilasi digital ini? Berikut penuturan co-founder re: ON Comics, Yudha Negara Nyoman:

Bagaimana awal perkembangan komik digital di Indonesia?

Komik digital mulai berkembang di Indonesia sejak 2010-an, seiring dengan semakin populernya media sosial terutama Facebook. Banyak komikus pemula yang mengunggah karyanya di Facebook juga.

Rupanya, tren tersebut berlangsung hingga saat ini. Bahkan, banyak [komikus] yang kemudian juga merambah ke Instagram. Kemudian, pada pertengahan 2011 muncul portal komik online bernama Makko.

Lalu, pada 2012 muncul pula portal komik lainnya bernama Ngomik.com serta Komikoo, di mana para pengguna dapat mengunggah karyanya di situs-situs tersebut untuk dilihat oleh publik.

Ada beberapa komikus populer saat ini yang bermula dari komik online, antara lain Faza Meonk dan Sweta Kartika.

Faza Meonk terkenal dengan komik Si Juki yang dimulai dari Facebook sejak 2011 dan Sweta Kartika juga dikenal dengan komik drama romance-nya yang berjudul Grey & Jingga, yang juga tayang di Facebook.

Apa perbedaan fundamental antara komik digital dan konvensional, selain platform-nya?

Perbedaan yang utama adalah bahwa komik digital tidak memiliki batasan jumlah minimal halaman untuk sekali tayangnya. Oleh karenanya, rata-rata komik digitalapalagi yang tayang di medsos seperti Facebook atau Instagram dipresentasikan sebagai komik strip.

Hal ini memungkinkan komikusnya untuk menayangkan komiknya lebih sering, bahkan bisa setiap hari, karena sekali penayangan cukup dengan mengunggah minimal satu halaman strip.

Tentunya ini berbeda sekali dengan komik cetak konvensional, yang sekali terbit per bukunya mungkin minimal 24 halaman hingga lebih dari seratus halaman.

Apa keunggulan komik digital dibandingkan konvensional?

Yang pasti komik digital bisa ditayangkan dalam hitungan detik, sedangkan komik cetak harus dicetak dan didistribusikan ke toko terlebih dahulu.

Lalu, dalam hal komik kompilasi seperti [satu buku berisi beberapa judul cerita] memiliki potensi kendala jika salah satu komikus telat mengirimkan karyanya. Sebab, jadwal cetak bisa mundur karena harus menunggu semua konten masuk baru bisa tayang. Sementara itu, untuk komik digital bisa ditayangkan per judul [tidak terikat beramai-ramai].

Pastinya, komik digital lebih mudah diakses dari manapun juga tanpa harus pergi ke toko buku terlebih dahulu serta penyimpanannya juga tidak memakan tempat karena berupa softcopy.

Namun demikian, tetap masih banyak orang yang lebih suka memegang buku fisik dan membaca dari media kertas dibandingkan layar. Di samping itu, komik dalam bentuk cetak memiliki nilai koleksi dan akan bertambah nilainya seiring dengan bertambahnya usia serta kelangkaan di pasaran.

Apa tantangan mengelola atau me-maintain komik digital?

Tantangan utamanya tetap berhubungan dengan kesinambungan dari judul komik itu sendiri. Apalagi, saat ini banyak sekali situs komikonlineyang dapat dibaca secara gratisdan cukup banyak yang kontennya didapat secara ilegalsehingga mulai terbentuk presepsi bahwa komikonlineitu seyogyanya gratis.

Saat ini banyak komikus baru bermunculan setiap saat di media sosial seperti Facebook dan Instagram. Namun, pertanyaan yang perlu digarisbawahi, berapa banyak yang akan bertahan dalam waktu 1 atau 2 tahun ke depan?

Apalagi dengan konten gratis yang semakin banyak tersedia di Internet, sementara daya serap konten oleh setiap pengguna Internet memiliki batasan sehingga paracontent provider[salah satunya adalah komikusonline] perlu mewaspadai datangnya gelombang "content fatigue" [suatu kondisi di mana konten semakin banyak dan mulai mencapai titik jenuhnya].

Tentunya seleksi alam yang akan menjawab hal ini.

Bagaimana denganre: ON Comics? Bagaimana awal muncul konsep penerbitan komik digital untuk mempromosikan komikus lokal?

Konsep re:ON Comics sendiri dimulai sejak 2012 dan volume pertamanya terbit pada pertengahan 2013. Sebenarnya, awalnya re:ON Comics itu direncanakan murni untuk diterbitkan secara online saja.

Namun, muncul pertimbangan bahwa jika hanya terbit online saja tanpa format cetaknya, kami tidak akan dianggap serius. Maka, kami memutuskan untuk menggunakan kedua format tersebut.

Format online yang bisa dibaca gratis di [situs kami]mengandung konten yang dikaitkan dengan format cetaknya, sehingga bisa dibilang format online dimanfaatkan untuk menarik pembaca sebelum mereka membeli format cetaknya.

Di samping itu, re:ON Comics juga menerima submisi karya dari siapa saja yang berminat menjadi komikus. Apabila karya mereka lolos seleksi editorial tapi belum memenuhi kualifikasi untuk masuk dalam format cetak, maka karya mereka akan ditayangkan di format online terlebih dahulu.

Apa konsep dan karakter yang ingin disuguhkan re:ON Comics, yang membedakan dengan situs penyedia komik digital lainnya?

Perbedaan utama re:ON Comics dengan situs portal komik digital lainnya adalah bahwa kami juga mengembangkan intellectual property (IP) milik sendiri di samping karya para komikus yang kami wadahi.

IP milik re:ON sendiri antara lain adalah para maskot yang merupakan personifikasi dari brand re:ON Comics itu sendiri. Saat ini, maskot kami ada 4 yaitu Reon, Reyna, Oren, dan Reno.

Keempat maskot ini memiliki desain hingga kepribadiannya sendiri-sendiri. Bahkan, mereka memiliki fanbase masing-masing. Melalui maskot inilah re:ON melakukan upaya cross-media dari komik ke media lain seperti merchandise, video games, dan musik.

Dengan demikian, IP re:ON juga mendapat promosi dan dikenal oleh penikmat media lain yang akhirnya berdampak pada meningkatnya awareness terhadap re:ON Comics secara keseluruhan.

Siapa segmen pasar yang dibidik portal ini?

Demografi utama pembaca re:ON Comics adalah remaja perempuan dan laki-laki berusia 13-17 tahun. Namun, ternyata cukup banyak pula pembaca kami yang dari kalangan mahasiswa terutama perempuan, dan bahkan ada yang sudah bekerja.

Di samping itu, tidak sedikit pula pembaca kami yang masih SD (meski sudah kami tulis rating Remaja di sampulnya).

Dari segi bisnis, bagaimana prospek komik digital saat ini?

Secara bisnis, yang selalu menjadi permasalahan utama komik digital saat ini adalah bagaimana cara memonetisasi komik ini.

Saat ini, ada beberapa komik online yang telah berhasil dalam dimonetisasi melalui pemasangan iklan dalam penayangan komiknya. Namun, selain jumlahnya masih sedikit juga belum sustainable atau berkelanjutan.

Hal ini disebabkan karena banyak pengiklan yang belum menganggap komik digital adalah platform iklan yang efektif. Padahal di luar negeri sudah banyak produk yang menggunakan komik digital sebagai sarana iklan melalui metode product placement [penempatan brand atau produk dalam cerita komik itu sendiri].

Di sisi lain, penjualan komik digital memiliki tantangan terutama dari sisi pembayaran melalui payment gateway. Apalagi, belum banyak pembaca komik digital [di Indonesia] yang sudah memiliki kartu kredit.

Bagaimanapun, diharapkan ke depannya melalui perkembangan teknologi seperti potong pulsa, top-up kredit via ATM, dll yang lebih baik akan mengantisipasi tantangan online payment ini.

Untuk re:ON Comics sendiri, ada berapa jumlah komikus yang sudah bekerja sama? Bagaimana sistem perekrutan/kerja samanya? Darimana pemasukannya? Bagaimana bagi hasilnya?

Jika komikus format cetak dan format online re:ON digabungkan, maka saat ini jumlahnya lebih dari 100 orang. Sistem perekrutan yang kami terapkan ada beberapa model.

Pertama, scouting talent baru secara manual yaitu mencari di Internet dan media sosial atau melalui word of mouth. Kedua, para calon komikus mengirimkan submisi karyanya ke kami untuk melalui seleksi editorial.

Mengenai kompensasi, untuk komikus yang karyanya diterbitkan online, kami beli komiknya dengan sistem putus [dibayar sesuai jumlah halaman yang kami terima].

Pasalnya, kebanyakan karya dari mereka lolos seleksi awal editorial tapi masih kurang memenuhi kualifikasi [baik dari cerita ataupun gambar] untuk masuk ke format cetak. Jadi bisa dibilang, masuk format online merupakan langkah awal sebelum masuk format cetak.

Sementara itu, kompensasi untuk komikus yang karyanya dimuat di format cetak, mereka dibayar per halaman yang kami terima plus royalti dari hasil penjualan komik satua [jika judul mereka populer di format cetak, maka biasanya kami akan mencetakkan komik satuan khusus yang hanya memuat judul mereka] serta merchandise yang menggunakan IP mereka.

Editor : Fatkhul Maskur
Bagikan

Tags :


Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro