Bisnis.com, JAKARTA--Delegasi Uni Eropa untuk Indonesia pada tahun lalu mengadopsi dua gajah dari Ekosistem Leuser sebagai maskot Uni Eropa yang melambangkan komitmen mereka untuk keanekaragaman hayati, konservasi dan gerakan melawan perubahan iklim.
Untuk menarik perhatian publik terhadap pentingnya gajah dan hutan Indonesia, Uni Eropa menggarap sebuah film dokumenter pendek yang mempromosikan perlindungan gajah berjudul Save Our Forest Giants yang dibintangi oleh Nicholas Saputra.
Peluncuran film berlangsung Minggu (19/6) di Jakarta. Film tersebut menggambarkan tentang hutan dan gajah Indonesia serta menyoroti pentingnya perlindungan hutan dan gajah. “Berkat kerjasama yang baik dengan Nicholas Saputra dan timnya, kini kami memiliki cerita menyentuh yang kami harap akan menginspirasi banyak orang. Saya percaya jika kita semua bekerja sama, kita dapat melindungi mamalia besar ini. Tujuan kami adalah untuk meningkatkan kesadaran,” tutur Duta Besar Uni Eropa Vincent Guérend melalui siaran pers.
Selama 20 tahun terakhir, Uni Eropa telah mendukung pemerintah Indonesia melindungi kawasan hutan di Aceh dan Sumatera Utara melalui sejumlah proyek yang bernilai total lebih dari 50 juta euro. Salah satu upaya Uni Eropa adalah Program Pembangunan Leuser. Dilaksanakan pada 1995-2004, program ini mendukung konservasi jangka panjang ekosistem dan berhasil membentuk sebuah badan manajemen independen, Yayasan Leuser Internasional.
Kegiatan yang berhasil bertahan karena teruji dengan berjalannya waktu dan berakhirnya pendanaan dari donor adalah Unit Patroli Gajah (UPG/ EPU) Aras Napal yang melatih gajah asal Sumatera Selatan untuk melindungi Ekosistem Leuser.
Gajah muda bernama Aras dari UPG diadopsi Delegasi Uni Eropa sebagai maskot Uni Eropa pada Juni 2015. Pengadopsian Aras melambangkan komitmen Uni Eropa terhadap kesinambungan. Ibu Aras, gajah bernama Tanti, dibesarkan oleh Uni Eropa oleh proyek sebelumnya. Pengadopsian Aras diharapkan dapat menarik perhatian masyarakat pada pentingnya perlindungan hutan dan upaya memerangi perubahan iklim.
Selanjutnya pada Oktober 2015, Delegasi Uni Eropa mengadopsi bayi gajah bernama Eropa dari CRU Tangkahan. CRU mendukung konservasi dan ekowisata berbasis masyarakat di Kawasan Ekosistem Leuser. Gajah-gajah dan para pawang dari lokasi ini adalah yang termasuk disorot dalam film dokumenter tersebut.
Uni Eropa telah memberikan bantuan bagi konservasi alam serta perlindungan keanekaragaman hayati di Indonesia, ASEAN dan secara global demi melawan dampak buruk perubahan iklim. Sementara proses melawan tantangan perubahan iklim sedang berlangsung di tingkat internasional, Uni Eropa sangat menghargai dan mementingkan inisiatif lokal, terutama di Indonesia yang merupakan salah satu penghasil emisi gas rumah kaca tertinggi di dunia.
Untuk mencapai tujuannya, Uni Eropa melanjutkan upayanya di Indonesia dengan sebuah program senilai 15 juta euro yang membantu pencapaian pembangunan berkarbon rendah. Selain itu, Uni Eropa telah mendukung sektor kehutanan Indonesia sejak 1994 dan terus membantu dalam menangani deforestasi ilegal melalui program Penegakan Hukum, Tata Kelola dan Perdagangan (FLEGT) sektor kehutanan.
Ancaman dari Virus Herpes Gajah Endoteliotropik (EEHV)
Film dokumenter pendek Save Our Forest Giants juga bertujuan untuk meningkatkan kesadaran dan mendorong penelitian tentang virus herpes baru, EEHV. Virus ini dapat menyebabkan penyakit hemoragik berat pada gajah dan diduga menyebabkan tingkat kematian tinggi pada gajah muda Asia (1-8 tahun). Kematian ini dapat terjadi dalam waktu satu hingga dua hari dari tanda-tanda awal, sehingga diagnosis dini serta pengobatan sangat penting bagi kelangsungan hidup gajah.
Studi dan penelitian berkelanjutan merupakan jalan keluar yang baik untuk mengelola, mencegah dan mengontrol penyebaran penyakit ini, demi menjamin keberlangsungan dan konservasi gajah. Kerjasama lebih lanjut dalam menyempurnakan perawatan yang efektif, serta pengembangan vaksin untuk mencegah EEHV sangat penting untuk masa depan.