Relationship

Bijak Mengelola Dana Simpanan

Rezza Aji Pratama
Jumat, 15 Juli 2016 - 16:16
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA--Untuk membangun kematangan finansial yang baik, dibutuhkan beberapa aspek yang harus diperhatikan. Salah satunya adalah dengan memperhatikan simpanan atau arus kas.

Simpanan pada dasarnya adalah dasar awal untuk menjalankan strategi keuangan yang baik. Namun, mengelola simpanan bukan hal yang mudah. Terlalu sedikti kas atau simpanan yang dimiliki akan mendatangkan bencana. Sebaliknya, terlalu banyak kas yang disimpan justru akan menghilangkan peluang untuk mendapatkan keuntungan.

Teddy Oetomo, Head of Intermediery PT Schroders Indonesia, memberikan ilustrasi sederhana. Ketika seseorang memiliki uang Rp1 juta dan menaruhnya dalam deposito antara 2005-2015, dana tersebut akan bertambah menjadi Rp2,25 juta. Pada 2005, uang senilai Rp1 juta bisa digunakan untuk membeli sekitar 18 kg daging sapi. Pada 2015, untuk membeli daging sapi dalam jumlah yang sama diperlukan uang senilai Rp2,25 juta.

“Dengan demikian, walaupun nominalnya naik dua kali lipat, kemampuan daya beli riil pribadi tersebut tidak berkembang walaupun telah berinvestasi selama satu dekade,” katanya.

Padahal, jika uang Rp1 juta tersebut dipakai untuk investasi di sektor lain yang memiliki imbal hasil lebih besar tentu akan mendatangkan keuntungan. Ilustrasi sederhana ini menunjukkan bahwa memiliki simpanan terlalu banyak justru tidak terlalu bermanfaat dalam pengelolaan keuangan. Namun, dana simpanan ini sebenarnya juga bermanfaat sebagai dana darurat jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Lantas bagaimana solusinya?

Menurut Teddy, pengelolaan dana simpanan akan berbeda-beda bagi setiap orang. Namun, kuncinya adalah pada soal pengeluaran. Dana simpanan harus mencukupi untuk menanggung pengeluaran darurat. Hal ini misalnya bisa diterapkan dengan mneyisihkan bonus tahunan untuk dana simpanan tersebut. Jika ternyata dipergunakan, Teddy menyarankan untuk menggantinya dengan bonus lain atau menyisihkan dari pendapatan bulanan.

Selain menyisihkan kas sebagai perlindungan, sese juga harus menyisihkan sebagian dari pendapatan mereka untuk berinvestasi. Rasio yang sesuai akan berbeda untuk masing-masing orang. Untuk orang yang lebih muda, biasanya investasinya relatif lebih rendah daripada yang sudah mapan. Hal ini sangat bergantung pada jumlah pendapatan.

Langkah sederhana yang bisa diambil adalah memetakan jadwal pendapatan dan pengeluaran di masa depan. Misalnya saat mengetahui bahwa kita akan mendapatkan bonus tahunan, harus diperkirakan juga pengeluaran apa yang harus dihadapi. Hal ini penting untuk menghindari pembelian yang tidak terlalu dibutuhkan.

Aspek penting lainnya menurut Teddy adalah memastikan bahwa kita tidak menghabiskan pendapatan masa depan kita sekarang. Pinjaman adalah salah satu kondisi yang bisa menghabiskan pendapatan masa depan.

Untuk pribadi yang telah berinvestasi, pengelolaan simpanan seringkali berarti menjaga tingkat kas yang cukup dalam portofolio mereka. Memiliki terlalu banyak kas akan menurunkan potensi keuntungan di masa depan, dikarenakan kas tidak memberikan imbal hasil. Di sisi lain, memiliki terlalu sedikit kas meningkatkan resiko portfolio investasi mereka.

Selain pengelolaan tingkat kas yang tepat, investor juga perlu memeringkat aset yang mereka miliki dalam portofolio mereka sesuai dengan tingkat likuiditasnya. Sebagai contoh, investasi yang dimiliki dalam reksadana menunjukan likuiditas yang lebih tinggi daripada properti. 

Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro