Bisnis.com, JAKARTA - Setelah buang air kecil, biasanya kita membilas organ intim dengan air bersih. Jika air mengalir dirasa masih kurang efektif untuk membersihkan, kita menyeka area vagina dengan tisu basah.
Sebenarnya bolehkah kita membersihkan vagina dengan tisu basah? Pasalnya, tisu basah sebenarnya mengandung aneka zat kimia dan wewangian aroma terapi.
Akhir pekan lalu, kami menghadiri Media Workshop “It’s Better to be Protected in Your Red Days” bersama Betadine Feminine Hygiene di Jakarta Selatan. Hadir sebagai narasumber diskusi adalah pengajar dan pelatih dari Mundipharma, Merry Sulastri, bersama spesialis kedokteran obstetrik dan ginekologi, dr. Liva Wijaya, SpOG.
Dalam kesempatan itu, Liva mengingatkan, area vagina memang memiliki aroma alami yang khas. Sayangnya, masih banyak perempuan Indonesia yang merasa bau alami itu perlu dilenyapkan dengan wewangian. Mereka menjalani ritual ratus atau mengelap organ intim dengan tisu basah.
“Ketika menjalani terapi ratus, kita membuka vagina. Saat organ intim terbuka, peluang bagi bakteri dan infeksi untuk masuk ikut terbuka. Ketika organ intim kita diuapi, kita kan tidak tahu uap itu terbentuk dari zat apa saja,” ucap Liva.
Menurutnya, ketika zat asing memapari vagina, kondisi organ intim akan menjadi panas, kemudian lembap. Kelembapan membuat peluang infeksi membesar. Liva juga tidak menyalahkan jika perempuan memastikan kebersihan organ intim dengan tisu basah.
Di luar negeri, misalnya, karena iklim yang kering, perempuan dianjurkan menggunakan tisu basah. Sedangkan di Indonesia iklimnya lembap. Faktor lain yang patut diperhatikan, sehabis buang air kecil, sering kali masih ada air seni yang tersisa di permukaan organ intim. Kalau dibersihkan dengan tisu basah dan cara membersihkannya sembarangan, itu bisa memicu infeksi.
“Bersihkan organ intim pada bagian luarnya saja. Jangan sampai menyusupi vagina dengan tisu basah. Bagaimanapun, tisu basah itu benda asing,” tutur Liva.
