Bisnis.com, JAMBI – Mungkin Anda belum familiar dengan kopi liberika. Berbeda dengan kopi robusta atau kopi luwak yang dengan mudah ditemukan di kafe, kedai kopi, maupun di warung penjual kopi bubuk di pasar.
Kopi liberika ini memang belum sepopuler robusta dan luwak, tapi kopi ini memiliki rasa yang khas, tak terlalu pahit, sedikit asam, dan warnanya cokelat. Mirip dengan bubuk cokelat.
Bijih kopinya pun manis. Soal bentuk, buah kopi liberika memiliki 2 ukuran, yang lonjong dan bulat. Buah yang lonjong memiliki 1 bijih kopi dan dikenal dengan kopi lanang, sedangkan buah yang bulat memiliki 2 bijih.
Kopi lanang lebih banyak mengandung kafein dibanding dengan kopi liberika yang berasal dari dua bijih, dan harganya pun lebih mahal.
Menurut Sumarno, petani kopi liberika di kawasan terpadu produksi pinang dan kopi, Kelurahan Mekar Jaya Tanjung Jabung Barat, Jambi, Minggu (6/11/2016), harga bijih kopi lanang Rp180.000/kg.
“Peminatnya sedikit, tapi setiap bulan ada,” ujarnya.
Oleh karena kafein yang kurang “berat” dibanding robusta, dan luwak, kopi liberika ccok untuk yang mereka yang memiliki masalah di lambung, seperti sakit maag.
Soal warnanya yang cokelat, bisa dibuat lebih gelap seperti halnya kopi robusta. Tapi, bila warna lebih gelap, maka rasa asam dari liberika akan kalah dengan rasa pahit.
Untuk mendapatkan warna cokelat, bijih kopi liberika yang berukuran besar (berbeda dengan buah kopi umumnya), cukup disangrai selama 14 menit.
Umumnya, menurut Sumarno, masyarakat setempat minum kopi liberika tanpa gula, karena rasanya yang tak terlalu pahit.
Bila di Indonesia, liberika masih kalah populer dengan robusta dan luwak, karena kurang promosi, maka di Malaysia liberika cukup populer. Terbukti dari pembeli akhir kopi ini adalah pedagang dari Malaysia.
Bijih kopi kelas 1 dijual seharga Rp70.000/kg, sedangkan kelas 2 sekitar Rp35.000/kg hingga Rp40.000/kg.
Bagi penikmat kopi yang terbiasa minum kopi robusta, bisa jadi liberika kurang “berat”, karena mereka sudah terbiasa minum kopi robusta.
“Rasanya ringan, kurang nendang,” kata Gilang yang baru pertama kali mencicipi kopi liberika.
Kopi liberika adalah kopi yang tumbuh di lahan gambut, sehingga tanaman ini sangat cocok dibudidayakan di hutan atau area gambut seperti di Tanjung Jabung Barat dan Tanjung Jabung Timur di Jambi.
Bahkan, kopi liberika ini menjadi komoditas khas dari Jambi dan sudah dipatenkan dengan nama Liberika Tungkal Komposit pada tahun 2014.
Meski cocok dibudidayakan di Jambi, kopi liberika ini awalnya berasal dari Malaysia, yang dibawa oleh warga Tanjung Jabung Barat bernama Sayuti pada tahun 1964.
“Kami patenkan supaya tidak diklaim negara lain, maupun Malaysia” tambah Sumarno.
Kopi liberika, menurut wikipedia, kopi liberika adalah kopi yang dihasilkan dari tanaman “Coffea liberica”. Kopi ini disebut-sebut berasal dari tanaman kopi liar di daerah Liberia. Padahal, juga ditemukan tumbuh secara liar di Afrika.
Liberika dibawa bangsa Belanda ke Indonesia pada abad ke-19, dan dikembangkan untuk menggantikan kopi arabika yang terserang wabah penyakit karat daun. Kopi liberika juga tumbuh di Afrika dan Asia, namun produksinya jauh di bawah kopi robusta.