Ilustrasi. PARC19 Extended Area. /Moreid.
Fashion

Ragam Ide Ramah Lingkungan Para Arsitek

Azizah Nur Alfi
Kamis, 22 Desember 2016 - 06:30
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Bertindak lokal dan berpikir global merupakan kunci dalam memenangkan persaingan usaha saat ini. Bertindak lokal akan menghasilkan produk yang membumi dan langsung bermanfaat bagi lingkungan sekaligus menjadi produk yang unggul. Namun, bagi arsitek sekaligus penulis Prabham Wulung, itu saja tidak cukup.

Menurutnya, tiap arsitek dan desainer perlu memikirkan daya dukung lingkungan dari setiap produk atau ide di tengah tekanan kebutuhan pangan dan energi. "Kepekaan terhadap ekologi adalah mutlak bila ingin bumi terus berlanjut sebagai tempat hidup bagi umat manusia," tuturnya melalui siaran pers, Rabu (21/12).

Maka dalam pameran #Eco_Local yang berlangsung hingga 24 Desember 2016 di Jag's Kitchen itu, sejumlah arsitek membawa pesan-pesan bahwa desain harus unggul, sesuai konteks, dan ramah lingkungan. Mereka adalah Andi Pratama (ANDP arsitek), Aribowo D. Sukaton (ADS Studio), Erick Budhi & Budiarti Prananingrum (BEstudio), Farrizky Astrawinata & Priyanto (Moreids), Michael J. Brohet (MJB architects), Noerhadi Kritz (RDMA), dan Sigit Kusumawijaya (SIG - sigit.kusumawijaya architect & urbandesigner).

Masing-masing arsitek melakukan pendekatan yang berbeda dalam menghadapi permasalahan untuk mendapatkan desain arsitektur yang tepat guna. Misalnya, arsitek Ari Sukaton dari ADS Studio dalam proyek Sagala's House menerapkan pengolahan air hujan yang digunakan kembali untuk menyirami atap rumah untuk mengurangi panas terik matahari.

Arsitek Sigit Kusumawijaya, principal SIG, mengenalkan sebuah konsep urban farming (pertanian di area perkotaan) di proyeknya yang terletak di Jagakarsa, Jakarta Selatan.

Dengan lahan yang terbatas, untuk mengoptimalkan ruang, area berkebun tidak hanya terletak pada lantai dasar saja, tetapi juga dialokasikan di seluruh area rooftop semua massa bangunan dan juga di beberapa spot yang disusun secara vertikal baik itu menggunakan metode verticulture ataupun vertical garden.

Secara jangka panjang, Sigit berpendapat bahwa konsep urban farming ini bertujuan untuk mengenalkan gaya hidup sehat dengan cara menanam tanaman pangan (seperti sayuran, obat-obatan, buah-buahan) selain tanaman hias untuk menuju kemandirian & ketahanan pangan yang dimulai dari skala terkecil yaitu keluarga.

Erick Budhi, arsitek dari BEstudio, dalam proyeknya yang bernama A9 (Eco-House) menambahkan green coverage dengan membuat roof garden di sekitar skylight atap carport. Roof garden tersebut merupakan area melakukan hobi berkebun sang pemilik dan sekaligus bisa mengurangi heat island effect dari munculnya bangunan ini kepada lingkungan sekitarnya.

Pendekatan yang ramah lingkungan, khususnya pada pengolahan masuknya cahaya alami dilakukan oleh arsitek Micahel J. Brohet pada proyeknya STILT HOUSE #2 yang mengadaptasi dari hunian tradisional Minahasa. Hunian dalam lahan 7x20 meter ini memiliki bukaan yang besar di empat sisi dan massa bangunan yang tidak menempel pada dinding tetangga membuat rumah ini terang dan memiliki pengudaraan alami yang baik.

Arsitek Noehadi dari RDMA mengadaptasi bentuk rumah tradisional Rumah Betang yang berasal dari Suku Dayak. Rumah panggung itu dapat meminimalisir kelembaban dengan memaksimalkan ventilasi silang tidak hanya di bagian dalam, tetapi juga di bagian luar bangunan yaitu melalui sisi bawah untuk kenyamanan bertinggal para penghuninya.

Penggunaan material lokal yang ada di sekitar tapak bangunan juga menjadi salah satu cara pendekatan desain arsitektur yang eco dalam mengurangi jejak karbon.

Dalam proyeknya yang berlokasi di Yogyakarta, arsitek Farrizky dari moreids berujar "Ekspresi material pembentuk ruang menggunakan material pasaran tanpa identitas baru, seperti bata, batako kerawang, batu kali, plester aci ekspos, kayu, baja dan genteng tanah liat. Mendekatkan keakraban terhadap persepsi material dan bentuk yang sudah terbentuk sekian lama di Yogyakarta."

Adapun arsitek Andi Pratama berani menyandingkan unsur-unsur yang kontardiktif antara arsitetur modern dan lokalitas. Di sebuah proyek hunian di Kukusan, Depok, principal ANDP arsitek ini mencoba menyusun tumpukan-tumpukan kota pada massa eksterior bangunannya serta menggunakan material kaca sehingga tampak modern. Namun, ketika memasuki interior bangunannya, penghuni rumah dapat merasakan hawa lokalaitas yang cukup kuat dengan penggunaan furnitur yang didominasi material kayu dan anyaman rotan sintetis.

Hari ini, Kamis (22/12/2016) pukul 16.00 - 18.00, Arsitek Irianto PH dari Antara Desiign akan memberikan review seluruh karya arsitek dan diskusi dengan pengunjung yang hadir di acara tersebut.

Penulis : Azizah Nur Alfi
Editor : Fatkhul Maskur
Bagikan

Tags :


Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro