Bisnis.com JAKARTA -- Tingginya angka perokok di Asia mendorong berbagai pihak untuk mencari alternatif lain. Di saat yang sama, tren konsumsi rokok elektrik terus naik.
Hal tersebut disampaikan oleh Ketua Ministry of Vape Indonesia (MOVI) Dimas Jeremia. Menurutnya, tren konsumsi produk tembakau alternatif seperti rokok elektrik atau vape di Asia terus naik.
Hal ini dapat dilihat dari banyaknya komunitas vape yang ada di Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand, serta negara Asia lainnya.
“Kini semakin banyak konsumen rokok yang sadar mengenai dampak buruk tar. Oleh karenanya, minat masyarakat untuk beralih ke produk tembakau alternatif yang memiliki risiko jauh lebih rendah, kini meningkat. Ini adalah sinyal positif dari masyarakat yang ingin gaya hidupnya semakin rendah risiko,” ujar Dimas.
Dia berharap pemerintah peka dalam menyediakan aturan yang mampu menjembatani kebutuhan konsumen terhadap pilihan produk tembakau yang lebih rendah risiko.
Berdasarkan riset Atlas Tobacco, jumlah perokok di Indonesia pada 2016 telah mencapai lebih dari 90 juta jiwa dan diperkirakan akan terus naik setiap tahunnya.
Di saat yang sama, Ketua YPKP Indonesia Prof Dr. Achmad Syawqie Yazid mengatakan inovasi dari produk tembakau alternatif dapat menjadi solusi efisien untuk mengatasi masalah adiksi rokok.
Pada 2016, YPKP Indonesia secara independen melakukan penelitian terhadap salah satu produk tembakau alternatif yaitu rokok elektrik.
Hasilnya, produk alternatif ini memiliki risiko kesehatan yang jauh lebih rendah dibanding rokok yang dikonsumsi dengan dibakar. Hal ini terjadi karena produk yang tidak dibakar dapat mengeliminasi tar, racun berbahaya yang dihasilkan dari pembakaran tembakau dan sebagian bersifat karsinogenik.
Baca Juga Penjualan Sepeda Motor Naik 1% |
---|
Dia mengklaim, produk tembakau alternatif seperti nikotin tempel, snus, rokok elektrik atau vape, dan produk tembakau yang dipanaskan bukan dibakar dapat menjadi alternatif untuk menekan dampak buruk dari pembakaran akibat dari mengkonsumsi rokok.
Senada dengan YPKP Indonesia, kardiolog asal Yunani Konstantinos Farsalinos yang melakukan penelitian tentang efek sitotoksik uap rokok elektronik pada sel otak dan efek langsung dari rokok elektronik yang digunakan pada fungsi jantung dan sirkulasi koroner.
"Hasilnya, efek yang ditumbulkan uap rokok elektrik jiyauh lebih rendah risiko dibandingkan efek dari asap rokok,” ungkap Konstantinos.
Konstantinos telah melakukan penelitian tentang rokok elektrik sejak 2011 juga mengatakan produk tembakau alternatif berpotensi menyelamatkan jutaan jiwa.
Yayasan Pemerhati Kesehatan Publik (YPKP) Indonesia hari ini menyelenggarakan Asia Harm Reduction Forum (AHRF) 2017 pertama di Asia.
Bertempat di Jakarta, AHRF 2017 merupakan wadah bagi pemerhati kesehatan publik di Asia, akademisi, konsumen, dan pembuat kebijakan untuk berkumpul dan mendiskusikan solusi mereduksi dampak buruk dari produk tembakau yang dibakar atau lazim disebut rokok.