Bisnis.com, JAKARTA-- Meski tergolong olah raga ekstrim, free dive atau menyelam bebas tetap memikat para penikmat wisata bawah laut. Terbukti, sejak olah raga ini mulai marak pada 2011, sejumlah komunitas tumbuh hingga ke daerah-daerah.
Sekretaris Jendral Perkumpulan Usaha Wisata Firman Adiyaksa mengatakan, tren menyelam bebas pada 2012 dan 2013 mulai berkembang sangat cepat seiring munculnya komunitas free dive.
Di Indonesia, jumlah komunitas olah raga ini menjadi 40 yang tesebar bahkan di daerah yang tidak memiliki wilayah laut.
Jika dibandingkan dengan olah raga air lainnya seperti scuba diving, menyelam bebas memang terbilang ekstrim lantaran tidak menggunakan alat bantu. Oleh karena itu, tingkat kecelakaan juga sangat tinggi.
Firman mengatakan, data statistik kecelakaan free dive sangat besar. Hingga 2012, diketahui terdapat sekitar 400 jumlah kecelakaan.
"Tetapi 90% adanya di luar negeri solnya aktivitasnya besar di sana. Jadi memang sangat ekstrem," kata Firman kepada Bisnis beberapa waktu lalu.
Bahkan, tambahnya, dari data yang ada, jumlah kecelakaan menyelam bebas lebih banyak dibanding yang tidak. Dari 400 sekian data yang dimiliki, lebih dari 60% mengalami kecelakaan fatal.
"Makanya free dive banyak aturannya dibandingkan olah raga rekreasi lainnya, dan memang olahraga rekreasi paling banyak standarnya itu di free dive dan scuba diving," ujarnya.
Dampak fatal, kata Firman, dapat terjadi karena proses menyelam menyalahi prosedur. Seperti saat melakukan free dive harus didampingi teman atau instruktur sehingga saat ada masalah di bawah bisa ada yang menolong dan membantu.
"Kalau tidak ada koordinasi tim yang baik maka itu [kecelakaan] akan terjadi," tuturnya.