Bisnis.com, JAKARTA - Komunitas Aku Cinta Masakan Indonesia (ACMI) selama ini dikenal sebagai komunitas yang rajin mencari kekayaan kuliner, bahkan sampai ke pelosok negeri. Tidak hanya makanan di zaman sekarang, makanan kuno juga menjadi buruan mereka.
ACMI bekerja sama dengan Museum Peranakan Tionghoa Tangerang dan Komunitas Jalur Sutra menggelar acara "Indische Keukeun" yang berarti Dapur Hindia dalam bahasa Indonesia. Dalam acara tersebut mereka memasak ulang masakan kuno yang ada pada sebuah buku resep berjudul "Boekoe Masakan Betawi". Lembaran resep tersebut pertama kali dicetak pada 1915.
Menu yang dibuatpun beragam dari mulai menu pembuka berupa berbagai jenis sambal, sampai makanan utama berbahan daging ayang dan sapi. Untuk proses memasaknya, gelaran ini juga bekerja sama dengan dengan Al's Catering. Meski tak sama persis karena ada modifikasi rasa, makanan yang disajikan berhasil memberikan pengalaman unik kepada para pengunjung.
Santhi Sherad, Ketua ACMI mengatakan awalnya acara ini terselenggara berkat informasi dari komunitas Jalan Sutra yang menemukan sebuah buku resep kuno di Museum Peranakan, Tangerang. Dirinya langsung tergelitik tentang bagaimana rasa asli dari masakan yang ada di dalam buku tersebut.
"Penasaran kan rasa aslinya seperti apa, akhirnya kita mencoba membuat acara ini. Sebenarnya ini kedua kalinya kita membuat acara demo memasak masakan jadul seperti ini. Oktober tahun lalu sudah pernah, tetapi di kawasan BSD," ungkapnya.
Menu pertama yang disuguhkan adalah rupa-rupa sambal yang mungkin namanya agak terdengar aneh di telinga. Misalnya, ada menu "Sambal Majoor" yang berbahan udang kecil dan menggunakan singkong. Selain itu ada pula "Sambal Baboe" yang sedikit manis rasanya.
Pakar kuliner William Wongso yang juga hadir dalam acara tersebut mengungkapkan bahwa sambal pada masa itu bisa jadi tidak hanya menjadi pelengkap hidangan, tetapi bisa juga menjadi lauk utama yang dimakan dengan nasi.
"Melihat keanekaragaman sambal dan cara memakannya, mungkin kita harus mendefinisikan kembali arti sambal karena beberapa juga bisa disebut lauk, sambalnya saja sudah cukup dimakan dengan nasi. Tetapi buat saya, sambal adalah sesuatu yang harus dimakan dengan sesuatu yang lain," ungkapnya.
Di dalam buku resep tersebut, ada sekitar 32 jenis sambal yang beraneka ragam. Pada gelaran ini, Santhi dan juru masak dari Al's Catering membuat beberapa di antaranya. Selain dua sambal yang sudah disebutkan di atas, ada pula "sambal gentlement", "sambal boeras", "sambal eng hiong", dan "sambal nyi enah" yang juga dimasak mereka.
Setelah dibuka dengan rupa-rupa sambal kuno tersebut, Avanda Hanafiah, Chef dari Al's Catering melanjutkan demo masak dengan memasak salah satu hidangan utama, yakni Ayam Pukang. Menu ini merupakan olahan daging ayam yang dimasak dengan santan, dalam balutan minyak cabai dan belimbing wuluh.
Selepas memasak, pengunjung dipersilahkan mencicipi seluruh hidangan yang sudah disiapkan dalam bentuk prasmanan. Menemani menu ayam, ada pula menu daging keboeli yang menjadi hidangan utama yang bisa dipadukan denggan empat jenis karbohidrat berbeda, yakni nasi putih, nasi merah, nasi kuning, dan nasi jagung.
Dari segi rasa sebenarnya ada penyesuaian yang dilakukan oleh chef Avanda. Dia mengakui untuk menu ayam pukang misalnya, dia menambahkan rasa lain seperti rasa manis dari kecap dan gula merah. Sebenarnya, rasa asli menu tersebut didominasi rasa asin dan asam dari belimbing wuluh.
"Mungkin karena lidah saya lidah jawa, saya sesuaikan dengan menambahkan gula dan kecap. Selain itu, metodenya jadi agak berbeda, belimbing wuluh yang asam saya masukkan agak akhir, kalau di resep seharusnya lebih awal," ungkapnya.
Sebagai pencuci mulut, disediakan pula berbagai minuman manis khas Indonesia seperti es cendol untuk memadamkan rasa yang cukup berat dari hidangan utama. Di samping itu, tersedia juga menu DOP yang merupakan porsi kecil ikan dori, potongan kentang, dan telur yang dipanggang, ukurannya mirip klappertart.
William Wongso mengatakan pengkajian resep masakan kuno seperti ini sebenarnya sangat penitng untuk menstimuli para pelaku bisnis kuliner di Indonesia. Menurutnya, dari menu-menu jadul ini sebenarnya ada banyak kemungkinan munculnya menu-menu baru yang lebih kekinian.
"Bukan hanya untuk memasak ulang resep jadul seperti ini, tetapi juga setelah measak ini, pertanyaannya bisa dibawa kemanakah menu seperti ini?," ungkapnya.