Pameran fotografi Suara Hati Lelaki/Dika Irawan
Bisnis Style

Cara Cepat Mendongkrak Nilai Karya Fotografi

Ilman A. Sudarwan & Diena Lestari
Rabu, 14 Februari 2018 - 18:59
Bagikan

Selama ini, khalayak mengenal fotografi sebagai sarana untuk membekukan segala macam peristiwa agar mudah untuk dikenang. Tidak mengherankan jika fotografi di Indonesia dipandang sebagai bagian dari proses dokumentasi saja. Fenomena tersebut dipandang miris oleh beberapa fotografer profesional.

Fotografer Suherry Arno menuturkan, dua hal yang dapat digunakan oleh fotografer untuk meningkatkan nilai keekonomian karya fotografinya. “Pertama, menjual karya fotografi, dan kedua, menjual jasa fotografi itu sendiri. Contohnya seperti memotret untuk kegiatan prewedding,” tuturnya.

Sayangnya di Indonesia, kedua hal tersebut itu tidak berjalan secara seimbang. Fotografer lebih banyak menjual jasa fotografi dibandingkan dengan menjual hasil karya fotografinya.   

Hal ini tidak sama dengan yang terjadi di mancanegara. “Kalau di luar negeri, seorang fotografer dapat bertahan hidup dengan menjual karyanya saja, tetapi di Indonesia akan sangat sulit untuk bisa melakukannya,” katanya.

Menurut Suherry, selain kualitas karya, hal utama yang dapat mendongkrak nilai suatu karya adalah kualitas cetakan foto.

Dia mencontohkan, karya dari fotografer Amerika Serikat Ansel Adams memiliki nilai keekonomian yang tinggi karena dicetak dengan kualitas prima dan menonjolkan ciri khas pembuatnya.

Selama ini khalayak mengenal Adams melalui karya fenomenalnya yang mengabadikan deretan pengunungan di Yosemite National Park, Amerika Serikat.

Fotografer yang meninggal pada 22 April 1984 ini memiliki karya fenomenal yang mengabadikan lanskap pemandangan alam yang disajikan dengan warna hitam putih. Melalui karya fotografinya, para pencinta seni akan merasakan sisi misterius dari objek yang dibidiknya.

Hingga kini, banyak fotografer yang berupaya untuk meniru sudut pandang foto yang sama seperti yang diambil oleh Adams di Yosemite National Park.

Suherry menjelaskan harga karya pertama Adams dinilai sangat tinggi di kalangan kolektor.

Setelah Adams meninggal, jumlah karyanya menjadi terbatas membuat karya Adams dinilai semakin tinggi. Alan Ross, Asisten fotografer Ansel Adams, mencetak kembali karya awal Adams dengan spesifikasi dan cara yang sama, tetapi harganya tak semahal aslinya. “Yang dicetak kembali oleh [fotografer] Alan Ross mungkin harganya bisa [mencapai] ratusan dolar, tetapi yang benar-benar dicetak oleh tangan Ansel Adams, harganya sampai US$8.000,” ungkapnya.

Kritikus dan kurator seni Jim Supangkat memiliki pandangan yang berbeda tentang cara menaikkan nilai keekonomian karya fotografi. Menurutnya, membangun wacana fotografi justru tidak kalah penting dengan hal-hal yang berbau teknis fotografi.

“Bergantung pada fotografer dan bagaimana wacana fotografi itu dibahas. Sekarang juga sudah mulai banyak kurator fotografi, kalau jumlah mereka terus tumbuh [maka] pameran juga lebih sering. Otomatis fotografi sebagai seni juga akan semakin muncul [dikenal],” tuturnya.

Berdasarkan pengalamannya mengkurasi beberapa karya foto untuk kebutuhan pameran, dia menilai bahwa wacana fotografi di Indonesia sudah berkembang pesat. Beberapa institusi seni juga mulai memberikan ruang terhadap eksistensi seni fotografi antara lain Galeri Nasional Indonesia dan galeri seni budaya lainnya.

Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro