Anthony Dio Martin/Istimewa
Bagikan

Mau sukses? Milikilah daya tahan yang tinggi. Milikilah Grit.
Sebagai contoh pertama adalah kisah Edmund McIlheny. Ketika terjadi perang saudara di Amerika pada 1865, Edmund yang tadinya adalah seorang tuan tanah kaya raya  harus mengungsi. Tanah dan rumahnya ditinggalkan.
Ketika perang selesai, rumahnya hancur dan tanahnya penuh rumput ilalang, dan banyak ditumbuhi satu jenis tanaman, lada Meksiko. Edmund tidak berputus asa. Akhirnya, lada Meksiko itu pun diolah dengan berbagai cara. Hasil eksperimennya yang panjang menghasilkan saos Tobasco yang kita kenal.
Kisah lainnya adalah Bruce Lee. Diceritakan, impiannya sangat besar untuk membawakan ilmu bela diri asal China ke Barat. Persoalan demi persoalan dia alami. Awalnya penolakan demi penolakan. Misalnya, pada awal 1970, Bruce Lee datang ke Warner Bros untuk memberikan ide film warrior yang akan dibintanginya. Warner Bros menolaknya.
Bukan hanya ditolak. Idenya juga diambil. Bahkan, dibuatlah film seri Kung Fu yang lantas dibintangi oleh seorang bule, yakni David Carradine.
Kesuksesan film seri ini membuat Bruce Lee semakin kecewa. Untungnya, Bruce Lee tidak patah arang. Justru ketika tidak berhasil di film seri, Bruce Lee malah berkesempatan main di film layar lebar. Justru itulah yang melambungkan nama besarnya.
Dua kisah di atas menggambarkan bagaimana Grit, atau daya tahan yang luar biasa menghadapi kesulitan menjadi kunci sukses bagi banyak orang terkenal.
Istilah Grit menjadi populer, khususnya dalam TED talk saat Angela Lee Duckworth, yang mengajar matematika di New York Public School mengatakan Grit adalah yang terpenting untuk sukses. Gara-gara sharing-nya ini, dia mendapatkan penghargaan US$650.000 dari MacArthur Fellowship untuk melanjutkan penelitian dan riset mengenai Grit ini.
Sebenarnya Grit itu apa? Grit bukanlah kata yang baru. Dalam kamus Webster, Grit diartikan sebagai keteguhan seseorang, semangat yang tak tergoyahkan.
Nah, itulah ini kemudian oleh Angela Lee Duckworth dimaknai sebagai: kegigihan dan semangat untuk bertahan pada tujuan jangka panjang.
Pada intinya, menurut Duckworth, ada lima komponen penting yang akan memengaruhi Grit seseorang, yakni keberanian (courage),  keinginan untuk menghasilkan (achievement orientation), daya tahan jangka panjang (endurance to long term goal), kegigihan (resilience), dan melakukan yang terbaik (strive for excellence)
Cara Mengetahui
Jika dimaknai secara sederhana, ada empat hal yang bisa dijadikan indikator untuk menilai tinggi dan rendahnya Grit seseorang. Saya menyebutnya dengan istilah G-R-I-T.
Pertama, G yakni Give Explanation. Hal ini, bicara soal bagaimana Anda memberikan penjelasan pada saat menghadapi masalah. Pertanyaan yang paling sederhana adalah saat menghadapi masalah, Anda mengalami masalah itu karena apa? Bagaimana biasanya kamu memberikan penjelasan soal masalah yang kamu alami itu?
Nah, dalam hal ini, mereka dengan Grit bagus, cenderung tidak akan menyalahkan diri ataupun mengutuk situasi, seperti mengatakan, “Saya memang bodoh”, atau "Orang-orang di sekeliling saya nggak mendukung saya sih”, atau “Ini gara-gara Tuhan memang tidak adil!"
Kedua, R atau Reach of Problem. Hal ini soal bagaimana suatu masalah yang Anda hadapi berpengaruh terhadap berbagai aspek dalam hidupmu. Perntanyaan untuk menguji aspek R ini adalah tatkala Anda menghadapi suatu masalah, Apakah masalah itu biasanya berpengaruh banyak terhadap berbagai sisi lain dalam hidupmu? Misalnya, ketika di tempat kerja bermasalah, apakah hal itu lantas mengganggu pergaulan sosial ataupun membuatmu membawa masalah itu berkepanjangan di rumah?  
Nah, dalam hal ini diungkapkan, mereka yang memiliki Grit yang tinggi, kendati merasakan gangguan sejenak tetapi mereka tidak membiarkan masalah tersebut terus mengganggu berbagai bidang lain dalam hidupnya, termasuk kinerja.
Contoh menarik bisa diambil dari dunia olah raga. Ini kisah Michael Jordan yang luar biasa. Pada 1997 terjadilah final Chicago Bulls melawan Utah Jazz. Malam hari sebelumnya, Michael Jordan memakan pizza yang membuatnya keracunan. Michael Jordan kesakitan luar biasa. Dokter pun tidak yakin dia mampu bermain. Meskipun sakit, dia tidak membiarkan hal itu mengganggunya. Nyatanya, dia mampu bermain selama 44 menit dan membuat 38 poin. Dokternya sampai terheran-heran, bagaimana pikiran Michael Jordan membuatnya mampu mengatasi tubuhnya yang sakit. Meskipun setelah itu, dia langsung harus diobati.
Ketiga, I atau Internal Dialogue. Ini bicara soal selftalk di kepala saat Anda punya masalah. Tatkala kamu menghadapi sutau rintangan, apakah yang biasanya Anda ucapkan di kepalamu sendiri soal rintangan itu? Apakah cendrung positif ataukah negatif?  Mereka yang memiliki Grit bagus, cenderung lebih positif selftalk-nya.
Misalnya, ketika bisnis jam tangan di Swiss terbanting dengan hadirnya jam digital buatan Jepang, industri jam tangan di sana sungguh terpukul. Banyak perusahaan jam gulung tikar kendati ada beberapa yang mampu bertahan.
Salah satu cara mereka bertahan adalah mengubah pemikiran jam sebagai “penunjuk waktu” sebagai “bagian dari fashion”. Ternyata, hanya dengan mengubah kata "penunjuk waktu menjadi "fashion" ternyata berpengaruh pada semangat dan kelangsungan hidup bisnis jam tangan di Swiss. Itulah bagian dari kekuatan kata-kata, atau selftalk.
Keempat, T atau Tenacity to make the best. Ini aspek yang bicara soal bagaimana Anda berupaya menjadikan yang terbaik, apapun yang terjadi. Saat menghadapi suatu rintangan atau masalah, apakah kamu akan terus mencoba atau cenderung menyerah saja untuk mendapatkan hasil terbaik? Mereka dengan Grit yang bagus akan terus berusaha hingga usahanya yang terakhir. Intinya, berlakulah pepatah “Ketika Tuhan hanya mmberikan jeruk, bukan buah-buahan yang lain, maka jadikanlah jus jeruk”.
Saya pun teringat kisah seorang wanita pengusaha robotic Jully Tjindrawan yang mengimpor fashion, tetapi yang dikirim tenyata adalah kontainer yang berisi kepingan dan rangkaian membuat robot. Bayangkan satu kontainer yang isinya serpihan pernak-pernik robot.
Beberapa hari, beliau sempat termenung. Berikutnya yang luar biasa, potongan rangkaian robot itu mulai di-marketing-kan menjadi suatu program pembelajaran soal robotic. Justru, saat ini beliau dikenal sebagai salah satu wanita pengusaha bidang robotic yang sukses di Indonesia.
So, kesimpulannya bahwa dari keempat hal penting soal Grit itu: Ubahlah masalah yang Anda hadapi menjadi peluang. Memang tidak nyaman tatkala kita menghadapi masalah. Akan tetapi, tiada sukses yang tanpa menghadapi kendala.
Oleh karena itu, mengapa kita katakan kalau ingin meraih sukses harus melewati tantangan dan menjadi pemenang.  Kita sungguh membutuhkan Grit!

Bagikan

Tags :


Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro