Bisnis. com, JAKARTA - Fokus pencitraan kardiovaskular yang dilakukan terhadap penderita penyakit jantung dewasa ini dinilai sudah mulai bergeser pada diagnosis awal, berbeda dengan masa-masa dahulu.
Dafsah A. Juzar, Ketua Scientific Committee ASMIHA 2018 mengatakan, prevalensi kematian di Indonesia pada 2000-2012 pada orang-orang berusia 30 hingga 70 tahun terus meningkat.
"Sebanyak 23% disebabkan oleh penyakit tidak menular, seperti kanker, diabetes, penyakit pernafasan kronis dan lain-lain, sedangkan 40% di antaranya disebabkan penyakit kardiovaskular," ujarnya saat temu pers penyelenggaraan Annual Scientific Meeting of Indonesia Heart Association (ASMIHA) yang ke-27 di Jakarta, Jumat (20/4/2018).
Dipaparkannya bahwa prevalensi penyakit kardiovaskular di Indonesia maupun di dunia diperkirakan akan terus meningkat dan saat ini tantangan yang dihadapi dalam dunia kardiologi adalah dapat mendeteksi penyakit kardiovaskular subklinis guna mencegah serta mengurangi mortalitas dan morbiditas. Karena itu, pencitraan kardiovaskular merupakan hal yang esensial dalam memahami penyakit kardiovaskular.
Pada awalnya, pencitraan dianggap tidak lebih dari sarana untuk memvisualisasikan perubahan dalam struktur dan anatomi. Namun dengan penemuan teknologi baru, saat ini pencitraan berperan dalam diagnosis biologis, fungsional, hemodinamik dan beberapa proses patofisiologi.
Bahkan, saat ini pencitraan non-invasif seperti echocardiography, CT-scan, MRI dan radio nuclear imaging merupakan modalitas penting dalam tatalaksana penyakit ini, di samping pencitraan invasif seperti kateterisasi.
"Tren pencitraan kardiovaskular saat ini akan fokus pada peningkatan diagnosis awal sehingga dapat meningkatkan kesehatan kardiovaskular dan dapat dikembangkan menjadi alat dalam mengambil keputusan klinis."
Teknik pencitraan kardiovaskular juga sangat berperan dalam mendeteksi penyakit tertentu. Seperti penebalan dinding pembuluh darah arterti karena plak yang terbentuk dari kolesterol dan kalsium atau biasa disebut Atherosclerosis dan penyakit Cardiomyopathise yaitu kelainan pada otot jantung.
Pada Atherosclerosis, teknik pencitraan terbaru, seperti Computed Tomography (CT), pencitraan resonansi magnetik (MRI), positron emission tomography (PET), atau pencitraan molecular terapan tidak hanya dapat menduga adanya Atherosclerosis. Namun teknologi pencitraan tersebut juga bisa membedakan antara plak yang stabil dan plak yang tidak stabil.
Sedangkan pada penyalut Cardiomyopathies, teknik pencitraan berguna untuk diagnosis awal risiko cardiomyopathtes yang dapat membantu dalam konseling genetik, memberi saran untuk gaya hidup atau mengambil keputusan untuk memulai atau menghentikan intervensi terapeutik.
Salah satu kemajuan di bidang teknik pencitraan yang menggembirakan saat ini yaitu tren untuk memahami dan mengidentifikasi mekanisme patofisiologi melalui terapi pencegahan baru. Yaitu pencitraan molekular yang dapat mengidentifikasi penyakit kardiovaskular sejak dini.
"Dari pendeteksian dini, pasien dapat diberikan obat dan terapi pencegahan agar darah tidak mengental sehingga dapat menimbulkan plak."