Sejaran Rushdy Hoesein saat berbicara pada seminar Hardiknas 2018 di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta, Rabu 2 Mei 2018./JIBI-Yoseph Pencawan
Health

Hardiknas 2018, Kini Pasien Tak Bertanya Lagi, Dokter Lulusan dari mana?

Yoseph Pencawan
Rabu, 2 Mei 2018 - 19:12
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Saat ini pendidikan di Indonesia telah mengalami perkembangan yang pesat, termasuk di bidang medis, dengan melahirkan dokter-dokter yang berkualitas.

Namun dalam sejarahnya kondisi itu terjadi bukan secara instan, tetapi setelah melalui perjuangan dan perjalanan yang panjang. Seperti yang diungkapkan Sejarawan Rushdy Hoesein dalam seminar mengenai sejarah pendidikan kedokteran memperingati Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) 2018 di kampus Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), Jalan Salemba, Jakarta, Rabu (2/5/2018).

Saat tampil menjadi salah satu pembicara, dia mengungkapkan pada zaman pendudukan di Batavia, pihak Belanda mengusahakan dibukanya kembali Geneeskundige Hoge School (GHS) atau Sekolah Tabib Tinggi. Sebelumnya GHS sempat digabungkan dengan Nerderlandsch Indische Artsen School (NIAS) saat pendudukan Jepang dengan nama Ika Dai Gakku (Sekolah Tinggi Kedokteran).

Ketika penyerahan kedaulatan, pada 1949 timbul gagasan untuk menjunjung tinggi ilmu pengetahuan tanpa membedakan warna kulit dan asal keturunan. Dengan prinsip itu kedua lembaga pendidikan ex Belanda dan ex Republik tersebut dijadikan satu menjadi Universiteit Indonesia, Fakultiet Kedokteran, pada 2 Februari 1950.

Fakulteit Kedokteran yang kemudian berubah nama menjadi Fakultas Kedokteran UI kemudian mengalami kemajuan pesat. Dalam perjalanannya, FKUI menjadi lembaga pendidikan yang paling banyak melahirkan tenaga medis di Indonesia, terutama setelah pada 1957 menjalin kerja sama dengan University of California.

Setelah kerja sama tersebut terjalin, kualitas dokter-dokter lulusan FKUI diakui di dunia internasional dan dianggap berkemampuan sama dengan para dokter jebolan Amerika Serikat. Banyak dokter Indonesia melanjutkan studinya di AS dan menyandangkan gelar MD (Medical Doctor) di belakang namanya.

Perkembangan itu pun didorong oleh perubahan sistem pendidikan. Rushdy Hoesein yang juga alumni FKUI menyebutkan, dari sistem pendidikan free study yang memakan waktu 7 tahun dengan tidak ada pengetatan masa pendidikan, menjadi guided study yang hanya membutuhkan 6 tahun dengan sistem pendidikan ketat, FKUI mampu mencetak ribuan dokter.

Setelah kembali ke Tanah Air mereka pun banyak yang bersedia mengajar di berbagai bidang keahlian preklinis seperti Faal, Bio Kimia, Anatomy, Pathology dan sebagainya. Begitu pun pada bidang-bidang ilmu kedokteran spesialistik seperti Paediatrie (kesehatan anak), Kebidanan dan Kandungan (Obsterie Gynaecology), Bedah (Cirurgie), dan lainnya.

Karena itu, dewasa ini untuk menjadi dokter tidak perlu harus menuntut ilmu di perguruan tinggi negeri karena perguruan swasta tidak kalah kualitas.

"Dahulu amat sulit menjadi Dokter Medis karena terbatasnya perguruan tinggi. Namun saat ini pasien bahkan tidak bertanya lagi, dokter lulusan dari mana?"

Penulis : Yoseph Pencawan
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro