Obsesi terhadap busana rapi seperti kaos polo, pakaian mohair Italia, parka, dan sepatu boot yang diwariskan gerakan modernis akhir 1950-an dan awal 1960-an masih jadi salah satu penanda pengikut subkultur mod di Indonesia saat ini. Simbol lainnya adalah Vespa dan musik.
Subkultur mod muncul perdana di London dan merangsek ke penjuru dunia untuk mempengaruhi tren fesyen, musik, dan gaya hidup. Hingga saat ini, pengikut subkultur tersebut masih menjamur termasuk di Indonesia.
Bahkan, di berbagai kota besar, mereka rutin menggelar program tahunan Mods Mayday untuk merayakan Hari Buruh pada Mei. Di Jakarta, Mods Mayday akan dihelat di Pantai Karnaval Ancol, 12 Mei.
Subkultur mod berangkat dari pemberontakan anak muda pada sistem kolot seperti sistem kelas di Inggris pasca-Perang Dunia ke-2. Mereka yang menganut subkultur ini rata-rata adalah dari kelas pekerja.
Pakaian rapi dan necis serta skuter Vespa atau Lambretta seolah jadi bentuk unjuk rasa bahwa mereka juga bisa bergaya meski hanya dari kelas pekerja.
Pengamat budaya pop Idhar Resmadi menyebut pada awalnya subkultur mod ini berkaitan dengan musik dan fesyen. “Fesyen mod diidentikan dengan fesyen kelas pekerja yang rapi dan necis seperti jas, parka, sepatu boot,” kata dosen Telkom University itu. “Begitu pula dengan musik. Mereka menggemari musik blues, jazz, soul, dan ska.”
Di Indonesia, ciri khas paling menonjol adalah kepemilikan Vespa. Tren Vespa sebagai bagian gaya hidup Mods, menjadi ekspresi subkultur yang sedikit berbeda karena tidak hanya dilakukan oleh kalangan buruh atau masyarakat menengah bawah di Indonesia.
Jakarta Mods Mayday sendiri digagas pada 2008 oleh komunitas skinhead Warriors dalam upayanya mewadahi para pencinta skuter untuk berkumpul dalam balutan subkultur mod. Berawal dari promosi dari mulut ke mulut, kini Jakarta Mods Mayday jadi ajang dengan peserta lebih dari 10.000 orang.
“Ekspektasinya tidak sebesar sekarang, kami kaum buruh hanya ingin punya keceriaan melalui Jakarta Mods MayDay,” ujar Adhitya Murti dari Warriors selaku penyelenggara. Dia menargetkan ajang tahun ini mencapai 12.000 peserta.
Kehadiran Naif, The Brandals, dan Rumahsakit menjadi tanda geliat kaum buruh dalam semangat subkultur mod ini semakin berkembang. Tak hanya pemilik skuter yang boleh menikmati keceriaan ini, kata Adhitya, “Silahkan datang saja.”
Namun, tentu saja pesta kaum skuterlah yang paling menonjol dengan memamerkan koleksi Vespa, dari yang klasik hingga keluaran terbaru. Salah satu magnetnya adalah lelang skuter dan suku cadang, yang bagi penghobi sangat berarti dalam melengkapi ‘puzzle’ Vespa orisinal mereka.
Rutin diselenggarakan bukan berarti Mods Mayday tanpa hambatan. Selain absen pada 2009, tantangan penyelenggara adalah kreativitas dalam mengemas acara agar tidak membosankan.
Acara yang paling ditunggu-tunggu oleh pencinta skuter adalah konvoi bersama, karena itulah yang menjadi ciri khas Mods Mayday.
“Selain itu kami juga harus menyesuaikan dengan gelaran serupa di daerah supaya tidak bentrok. Dengan begitu kami bisa tukaran line up dengan mereka,” pungkas Adhitya.
Penyelenggara sudah beraudiensi dengan Gubernur DKI Anis Baswedan dan wakilnya Sandiaga Uno agar Jakarta Mods May Day masuk agenda Jakarta. Kabar baiknya, Anies sendiri penggemar skuter. (M. Taufikul Basari)