Bisnis.com, JAKARTA - Kementerian Kesehatan mencatat angka kejadian penyakit tidak menular setiap tahun terus meningkat, termasuk penyakit lupus, sehingga dipandang perlu untuk diberikan perhatian khusus.
Lupus atau penyakit autoimun adalah kondisi saat sistem imunitas atau kekebalan tubuh seseorang kehilangan kemampuan untuk membedakan substansi asing (non-self) dengan sel dan jaringan tubuh sendiri (self). Kondisi ini membuat sistem kekebalan tubuh menyerang sel, jaringan dan organ tubuh yang sehat.
Menurut Asjikin Iman Hidayat, Sekretaris Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular (P2PTM), World Health Organization mencatat jumlah penderita Lupus di dunia hingga saat ini mencapai 5 juta orang dan setiap tahun ditemukan lebih dari 100 ribu kasus baru.
"Menurut data Sistem informasi Rumah Sakit (SIRS) Online 2016, terdapat 2.166 pasien rawat inap yang didiagnosis berpenyakit Lupus," ungkapnya kepada pers terkait dengan Peringatan Hari Lupus Dunia, di Kantor Ditjen P2PTM Kementerian Kesehatan, Jakarta, Selasa (8/5/2018).
Tren ini meningkat dua kali lipat dibandingkan dengan 2014 yang hanya ditemukan 1.169 kasus baru. Dan perkembangan menurutnya bukan kondisi yang biasa dianggap main-main.
"Tingginya angka kematian akibat lupus perlu mendapat perhatian khusus karena sekitar 550 jiwa meninggal akibat lupus pada 2016," tegas dia.
Dia merinci, sebagian besar penderita Lupus adalah perempuan dari kelompok usia produktif (15-50 tahun), meski begitu penyakit ini juga dapat menyerang laki-laki, anak-anak dan remaja. Data SIRS Online 2016 menunjukkan proporsi pasien rawat inap Lupus berjenis kelamin laki-laki mengalami peningkatan dari 48,2% pada 2014 menjadi 54,3% pada 2016.
Sementara pasien Lupus berjenis kelamin perempuan mengalami penurunan dari 51,8% menjadi 45,7%. Lupus terdiri dari beberapa macam jenis dan salah satu jenis yang paling sering dirujuk masyarakat umum adalah Lupus Eritematosus Sistemik (LES).
"LES juga dikenal sebagai penyakit 'Seribu Wajah' karena merupakan penyakit inflamasi autoimun kronis yang hingga kini belum jelas penyebabnya," ujar dia.