Bisnis.com, DEPOK - Pasien stroke diyakini membutuhkan penanganan atau intervensi psikologis berbasis nilai-nilai spiritual dalam proses penyembuhannya, di samping aspek fisik.
Hal itu menjadi telaahan riset doktoral dari Rosyidah Arafat yang disampaikannya dalam sidang terbuka di Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia (FIK UI), Depok, belum lama ini.
"Responden pada kelompok intervensi yang diberikan model intervensi keperawatan psikospiritual mengalami penurunan gejala depresi dibandingkan dengan kelompok kontrol," paparnya.
Namun, berdasarkan penelitian yang telah dilakukannya, dia memastikan bahwa spiritual wellbeing antara kelompok yang mendapatkan model intervensi keperawatan psikospiritual dengan kelompok kontrol ditemukan tidak ada perbedaan yang bermakna."
Adapun variabel perancu yang berhubungan secara signifikan terhadap depresi adalah afasia, frekuensi stroke dan tingkat pendidikan, sedangkan untuk spiritual wellbeing adalah jenis kelamin.
Menurut Rosyidah, tingginya prevalensi stroke berdampak terhadap meningkatnya mortalitas dan disabilitas, menurunnya kualitas hidup serta produktifitas kerja bagi penderita stroke maupun caregiver. Kondisi ini akan diperparah dengan adanya dampak psikologis, yaitu depresi paska stroke.
Depresi paska stroke akan berdampak langsung terhadap menurunnya status fungsional, memperpanjang hari rawat dan dapat mengurangi efek pelayanan rehabilitasi.
Sampai saat ini, lanjut dia, intervensi yang dilakukan masih lebih berfokus pada aspek fisik dan beberapa di antaranya ada model intervensi psikologis.
"Namun belum ada model intervensi yang berbasis nilai-nilai spiritual."