Bisnis.com, DEPOK - Meskipun terapi psikospiritual diyakini dapat menurunkan gejala depresi bagi pasien stroke iskemik, tetapi metode ini belum dipastikan bisa diterapkan pada pasien stroke hemoragik.
Hal itu diungkapkan Rosyidah Arafat saat mempertahankan hasil riset doktoral dalam sidang terbuka di Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia (FIK UI), Depok, belum lama ini.
Dalam disertasinya, Rosyidah menelaah tentang Pengaruh Model Intervensi Keperawatan Psikospiritual terhadap Depresi dan Spiritual Well-Being pada Pasien Paska Stroke Iskemik di Rumah Sakit.
"Penelitian ini dikhususkan kepada pasien stroke iskemik pada fase awal dan tidak kepada pasien stroke hemoragik," ujarnya.
Stroke hemoragik memberikan dampak yang lebih besar kepada penderitanya dan proses penyembuhan yang lebih lama dari stroke iskemik. Bila metode ini akan diberikan kepada pasien stroke hemoragik maka perlu dilakukan penelitian lebih lanjut, terutama mengenai kapan waktu yang tepat untuk diberikan intervensi.
Hal itu karena perbedaan fase penyembuhan pasien stroke iskemik dengan pasien stroke hemoragik. Adapun waktu yang tepat bagi pasien stroke iskemik untuk diberikan terapi ini adalah setelah melewati masa akut, tepatnya 3X24 jam setelah masa akut.
Stroke iskemik adalah jenis stroke yang paling umum terjadi dan terdiri dari dua jenis, yakni trombotik dan embolik. Stroke trombotik terjadi saat arteri otak tersumbat oleh darah yang menggumpal di otak dan stroke embolik disebabkan gumpalan darah yang terbentuk di bagian tubuh lain (seringkali dari jantung).
Sedangkan stroke hemoragik terjadi pada otak yang mengalami kebocoran atau pecahnya pembuluh darah di dalam otak sehingga darah menggenangi atau menutupi jaringan sel otak. Adanya darah yang mengenangi atau menutupi jaringan sel otak akan menyebabkan kerusakan jaringan sel dan menyebabkan kerusakan fungsi kontrol otak.