Ketua BPOM Penny Kusumastuti Lukito (ketiga dari kanan) dan Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) Puan Maharani (keempat dari kanan) dalam acara Pencanangan Gerakan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) Jamu Berdaya Saing dan Herbal Internasional Expo 2018 pada Rabu (12/12/2018)/ Bisnis-Eva Rianti
Fashion

BPOM Gelar UMKM Jamu Berdaya Saing & Herbal Indonesia Expo 2018

Eva Rianti
Rabu, 12 Desember 2018 - 14:04
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA – Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) mengadakan acara pencanangan gerakan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) jamu berdaya saing dan Herbal Internasional Expo 2018 pada Rabu (12/12/2018).

Ketua BPOM Penny Kusumastuti Lukito mengungkapkan bahwa acara tersebut diadakan dalam rangka mendukung pengembangan industri jamu dalam negeri.

Dia menjelaskan, UMKM jamu merupakan salah satu bidang usaha penggerak ekonomi bangsa. Sebanyak 786 sarana produksi industri/usaha jamu Indonesia didominasi oleh UMKM.

“Jamu adalah obat herbal yang telah menjadi budaya turun-temurun. Ini potensi yang harus dikembangkan. Faktanya, masih banyak tugas dan tanggung jawab kita mendorong supaya budaya jamu bisa dilestarikan, terutama bagi generasi muda,” tuturnya dalam acara yang diadakan di Gedung Smesco, Jakarta Selatan tersebut.

Penny mengatakan, BPOM mendukung para UMKM jamu untuk dapat memenuhi persayaratan dan standar keamanan, manfaat, dan mutu serta memiliki daya saing. Komitmen ini sesuai dengan road map Pembangunan Jamu tahun 2011—2025.

Berdasarkan data pengawasan BPOM RI, sebagian besar UMKM jamu di Indonesia, yang berjumlah 83% dari total sarana produksi obat tradisional belum mampu memenuhi persyaratan Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik (CPOTB).

Bahkan mereka belum mampu menerapkan aspek higienis, sanitasi, dan dokumentasi dalam proses produksinya.

Turut hadir dalam acara tersebut, Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) RI Puan Maharani mengungkapkan bahwa tidak hanya melakukan upaya melestarikan, jamu juga harus selalu diinovasikan.

“Sudah empat tahun kita lakukan sosialisasi. Perlu dilakukan adanya riset dan inovasi. Ini baru sebagian yang melakukannya,” ujarnya.

Dia berharap dengan sosialisasi yang terus gencar dilakukan dapat meningkatkan konsumsi jamu masyarakat Indonesia disertai informasi keamanan bagi kesehatan, terutama untuk kalangan generasi milenial.

Penulis : Eva Rianti
Editor : Rustam Agus
Bagikan

Tags :


Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro