Bisnis.com, JAKARTA—Karista (28) tidak pernah merasa ada yang salah dengan dirinya yang suka berbelanja.
Dia merasa senang dan bahagia ketika berburu barang belanjaan, khususnya ketika barang-barang itu sedang dijual dengan harga diskon.
Menurutnya memilih barang belanja, memiliki barang yang baru keluar, dan membeli barang-barang tidak hanya menyenangkan, tetapi menjadi aktivitas yang dibutuhkan untuk membuatnya selalu bahagia. Untuk belanja, Karista tidak segan untuk merogoh kocek.
Perilaku Karista ini termasuk ke dalam kategori pembeli kompulsif (compulsice buyers), yaitu kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk selalu berbelanja, tidak peduli berapa banyak dia menghabiskan uang, karena belanja lebih penting ketimbang uang.
Bagaimana ciri-ciri si shopaholic yang cenderung kompulsif ini? Berikut penjelasannya menurutPsychologytoday.com:
1. Pentingkan Image
Dia harus menjadi orang yang pertama kali membeli barang yang akan dirilis, tidak peduli berapa uang yang harus dikeluarkan, sekalipun dia tidak mampu membelinya misalnya.
Tipikal pembeli seperti ini sangat mementingkan image. Baginya harga dirinya terletak pada kemampuannya menunjukkan apa saja yang bisa dibelinya.
2. Pemburu barang murah
Si pencari barang murah yang selalu terlibat tawar menawar dengan penjual. Dia sering dianggap sebagai pembeli yang cerdas, namun pada kenyataannya dia sebenarnya mampu membayar harga yag ditawarkan sejak awal.
Tetapi, untuk mendapatkan kepuasan, kekuasaan, kontrol, dan kemenangan atas tawar menawar dengan penjual, dia akan terus berjuang untuk mendapat harga semurah mungkin.
3. Belanja sebagai pelarian
Jenis si tukang belanja yang sering berbelanja tanpa sadar untuk menghindari perasaan negatif dalam dirinya seperti depresi, amarah, ketakutan, kesepian, dan kebosanan. Saat berbelanja, dia merasa berhak untuk menghabiskan banyak uang karena dia layak untuk semua itu.
Dia sangat bersemangat dan damai ketika berbelanja. Tetapi, ketika selesai berbelanja, emosi negatif yang sebelumnya muncul dalam dirinya akan kembali lagi. Akibatnya dia akan segera melakukan belanja lagi, padahal barang-barang yang dibeli tidak diperlukan sama sekali.
4. Hobi membelanjakan orang lain
Tipikal pembelanja yang suka membelikan orang lain barang-barang tertentu untuk menunjukkan persahabatan, kesetiaan, atau cintanya. Mereka tidak segan-segan mengeluarkan uang yang banyak untuk membeli barang bagi keluarga, teman, kenalan, atau siapapun yang darinya dia membutuhkan pengakuan dan penerimaan.
Walaupun hal ini tidak disengaja, pembeli semacam ini sesungguhnya mendapat kepuasan dari berbelanja untuk orang lain, karena dia takut ditinggalkan sendiri.
5. Mencari kebahagiaan
Orang seperti ini menghabiskan uangnya sampai tidak ada lagi yang tersisa untuk dibelanjakan. Dia sebetulnya memaksakan diri untuk melakukan ini untuk mengurangi perasaan negatif dan buruk di dalam dirinya.
Orang-orang yang memiliki kecenderungan berbelanja secara kompulsif sangat mungkin membutuhkan bantuan profesional.