Delegasi Indonesia yang dipimpin oleh Staf Khusus Menteri Bidang Peningkatan Pelayanan Kesehatan Akmal Taher melakukan kunjungan ke China membahas kerja sama uji klinis alkes, Selasa (19/2)/dokumentasi Kemenkes
Health

Uji Alat Kesehatan, Belajarlah Hingga ke Negeri China

Denis Riantiza Meilanova
Kamis, 21 Februari 2019 - 08:30
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA -- China dinilai telah memiliki pengalaman lebih maju dalam administrasi registrasi alat kesehatan.

Terkait itu  Indonesia melalui Kementerian Kesehatan menjajaki kerja sama pembangunan sistem uji klinis alat kesehatan dengan China.

Delegasi Indonesia yang dipimpin Staf Khusus Menteri Bidang Peningkatan Pelayanan Kesehatan, Akmal Taher beserta Sekretaris Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan Arianti Anaya melakukan pertemuan dan kunjungan ke National Medical Product Administration (NMPA), Rumah Sakit Fuwai, Rumah Sakit Beijing Shijitan, dan Universitas Peking, China pada 19 Februari 2019.

NMPA adalah institusi pemerintah setingkat wakil menteri yang mengatur tentang registrasi dan pengawasan pre-market dan post market obat-obatan, alat kesehatan, dan kosmetik.

Pada kesempatan tersebut Taher menyampaikan pengalaman Indonesia dalam upayanya membangun sistem nasional untuk uji klinis alat kesehatan.

“Indonesia telah berpengalaman dalam uji klinis obat sejak tahun 2001, dengan menerbitkan pedoman Uji Klinik Obat dan melakukan Good Clinical Practice (GCP). Untuk alat kesehatan, kami masih dalam tahap persiapan, dengan ditargetkan akan mulai beroperasi dalam waktu dekat,” kata Taher dikutip dari keterangan resminya, Kamis (21/2/2019).

China adalah salah satu negara di Asia yang telah menetapkan kebijakan registrasi alat kesehatan (alkes), uji klinis alkes dan sistem pengawasan alat kesehatan pre dan post market. China telah membangun pusat uji klinis untuk alat kesehatan yang pengawasannya dilakukan di tingkat pusat dan provinsi.

Dalam pembukaan kegiatan kunjungan delegasi Indonesia ke kantor NMPA, Sekretaris Jenderal NMPA China Xu Jinghe menyatakan siap membantu Indonesia dalam membangun sistem uji klinis alat kesehatan yang akan dilakukan.

Pada kesempatan yang sama, Taher menekankan kembali tentang kerja sama bidang kesehatan antara Indonesia dan Republik Rakyat Tiongkok (RRT) yang ditandai dengan telah ditandatanganinya Memorandum of Understanding (MoU) pada November 2017.

MoU Kesehatan RI-RRT berfokus pada beberapa area kerja sama, antara lain pencegahan dan pengendalian penyakit, pengembangan SDM kesehatan, dan kerja sama pelayanan kesehatan.

“Kerja sama kesehatan antara Indonesia dan China mempunyai potensi yang besar untuk terus ditingkatkan guna mendukung pembangunan kesehatan di kedua negara. Dalam Rencana Kerja Bersama antara RI-RRT memuat program kerja sama yang konkret untuk mengimplementasikan MoU Kerja Sama Kesehatan antara RI dan RRT.

Sejumlah program kegiatan yang disepakati kedua negara sebagai berikut:

1.Peningkatan kapasitas tenaga kesehatan profesional seperti beasiswa dari Universitas Tsinghua dan beberapa pelatihan dan Universitas Beijing;

2.Penelitian bersama terkait Transplantasi Organ;

3.Kerja sama Sister Hospital antara RS Jantung Harapan Kita dan Fuwai University;

4.Kerja sama RSCM dengan Asian Pediatric Interventional Pulmonology Association;

5.Kerja Sama antara Renji Hospital, Tongji University School of Medicine, in Shanghai dan RS Vertikal Kemenkes RI;

6. Kerja sama membangun sistem Pelayanan Kesehatan Tradisional yang terintegrasi dengan Sistem Kesehatan di Indonesia khususnya untuk Program Pencegahan Penyakit.

Pada kesempatan yang berbeda, Taher juga mengunjungi RS Pusat Jantung Fuwai untuk melihat implementasi uji klinik alkes di rumah sakit. Taher menyempatkan bertemu dengan Kepala Pusat Ilmu Kesehatan Universitas Peking.

Pertemuan menghasilkan potensi kerja sama dalam membangun sistem uji klinis alkes di Indonesia disertai dengan platform penelitian untuk melaksanakan penelitian klinis alkes yang berkualitas di Indonesia.

Dalam kesempatannya bertemu dengan Wakil Direktur Jenderal Kementerian Kesehatan RRT, Taher menyatakan inisiatifnya untuk melakukan kerja sama di bidang laboratorium uji alat kesehatan dan uji klinik alkes serta investasi pembangunan pabrik bahan baku obat dan alkes di Indonesia guna mendukung program prioritas nasional Universal Health Coverage / Jaminan Kesehatan Nasional.

Duta Besar RI untuk RRT Djauhari Oratmangun memandang kerja sama kesehatan sebagai kerja sama yang paling nyata dapat langsung dirasakan manfaatnya oleh masyarakat Indonesia.

Sebagai contoh, banyak dokter Indonesia yang belajar tentang ilmu kesehatan tradisional di China dengan semangat bahwa program kesehatan tradisional di Indonesia akan diintegrasikan ke dalam sistem pelayanan kesehatan primer guna mendukung program JKN.

Editor : Saeno
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro