Ginjal/thekidneysolution.com
Health

Pengobatan Penyakit Ginjal Masih Jadi Beban BPJS

Tika Anggreni Purba
Rabu, 13 Maret 2019 - 13:47
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Deputi Direksi Bidang Jaminan Pembiayaan Kesehatan Rujukan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan Budi Mohamad Arief mengungkapkan bahwa penyakit gagal ginjal terminal merupakan salah satu penyakit katastropik yang makin berkembang di Indoensia.

Hal ini disampaikannya pada konferensi pers World Kidney Day 2019 di Jakarta, Selasa (13/3/2019).

Seiring perkembangannya, biaya terapi terhadap pasien juga makin tinggi. Adapun, terapi gagal ginjal terdiri dari hemodialisis (HD), dialisis peritoneal (DP), dan transplantasi ginjal. 

Sebetulnya, transplantasi ginjal merupakan pilihan terapi terbaik bagi penderita gagal ginjal.Budi mengatakan bahwa terapi untuk transplantasi ginjal juga dibiayai oleh BPJS. Sebesar Rp44 miliar telah dikeluarkan BPJS untuk penanganan transplantasi ginjal di Indonesia.

Tetapi, kelangkaan organ, sumber daya manusia, dan fasilitas menjadi pengalang bagi penderita untuk menerima transplantasi. Itulah sebabnya transplantasi ginjal tidak dapat menjangkau seluruh penderita penyakit ginjal di Indonesia.

Jumlah kasus baru setiap tahun diperkirakan 35.000 orang pasien, sementara itu jumlah total pasien tiap tahunnya sebanyak 120.000 orang. Ini juga menjadi salah satu faktor mengapa transplantasi ginjal tidak efektif bagi semua pasien, sehingga terapi dialisis yang paling diutamakan. 

Terapi dialisis masuk sebagai paket manfaat yang ditanggung BPJS Kesehatan. Tingginya angka kejadian penyakit ginjal membuat beban negara untuk membiayai terapi sangat tinggi, pada 2014 saja sudah menyerap dana lebih dari Rp1,5 triliun. 

“Gagal ginjal termasuk penyakit yang membutuhkan biaya yang tinggi, nomor dua setelah penyakit jantung,” kata Budi. Dari semua penyakit katastropik, proporsi pembiayaan gagal ginjal mencapai 17%. Betapa besarnya biaya yang perlu dikeluarkan untuk membayar pengobatan penyakit gagal ginjal ini.

Data terbaru, pada 2017 tercatat 3.657.691 prosedur dialisis, yang menghabiskan biaya sebesar Rp3,1 triliun. Budi mengatakan bahwa penanganan gagal ginjal terminal melalui dialisis sejauh ini sudah sesuai standar. 

Dokter spesialis penyakit dalam konsultan ginjal hipertensi Aida Lydia mengatakan bahwa pasien yang menjalani hemodialisis kebanyakan pada usia 45-55 tahun, yakni usia produktif. Di Indonesia, 98% penderita gagal ginjal menjalani cuci darah alias hemodialisis sebagai upaya terapi.

Faktor risiko utama penyakit ginjal adalah hipertensi dan diabetes. Itulah sebabnya intervensi terhadap faktor risiko tersebut penting dilakukan sejak dini.

Managing director PT Fresenius Medical Care Indonesia Parulian Simanjuntak mengatakan bahwa dukungan dari sektor swasta juga dapat mewujudkan harapan masyarakat untuk memiliki ginjal yang sehat. 

“Melalui kegiatan corporate social responsibility, kami telah menjangkau lebih dari 5 juta pasien gagal ginjal, melalui program edukasi masyarakat maupun petugas medis,” katanya.

Budi mengatakan bahwa pihaknya juga melakukan advokasi kebijakan pelayanan pasien gagal ginjal kepada pihak yang terkait. 

 

Editor : Nancy Junita
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro