Health

Medisata Fasilitasi Puluhan Ribu Pasien Indonesia Berobat ke Luar Negeri

Rayful Mudassir
Jumat, 12 April 2019 - 09:19
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA – Tingginya permintaan masyarakat mendapatkan pelayanan kesehatan di luar negeri, menggerakkan Andri Priyadi membuka medical tourism company bernama Medisata. Kini perusahaannya telah melayani setidaknya 1.500 pasien per bulan.

Keinginan membuka Medisata berawal sejak 2013. Saat itu, orang tuanya mengalami sumbatan jantung hingga 85%. Panik menghantui. Andri segera mencari dokter Indonesia terbaik. Hasilnya tak memuaskan. Beberapa dokter terkesan cuek saat dia berkonsultasi. Hasil konsultasi juga dinilai meminta keluarga bertindak cepat, cukup tergesa-gesa hingga membuat orang tuanya tak tenang.

Kurang yakin dengan diagnosa itu, Andri tak habis akal. Dia berusaha mencari alternatif lain. Setelah mendengar saran orang terdekat, Andri dan keluarga memutuskan berobat ke Penang, Malaysia. Setiba di Negeri Jiran, perlakuan berbeda diterimanya.

“Setiba di sana dokternya malah bilang, penyakit ibu bukan masalah serius dan tetap bisa disembuhkan. Mendengar itu, ibu saya langsung tenang. Jika sebelumnya tidak bisa tidur, sampai di sana cukup pulas tidurnya,” katanya saat berbincang bersama Bisnis belum lama ini.

Meski sepele, namun gambaran di atas merupakan salah satu perbedaan cukup kentara antara pelayanan rumah sakit dalam dengan luar negeri. Komunikasi persuasif dan cara petugas medis membangun psikologi pasien dinilai sebagai salah satu poin penting yang musti dilakukan dokter terhadap pasien. Benar saja. Hanya butuh satu hari untuk pengobatan, orang tua Andri langsung diperbolehkan pulang.

Dari pengalaman pribadi itu, Andri kemudian memutuskan membuka Medisata pada pertengahan 2017. Perusahaan ini dimaksudkan untuk membantu masyarakat Indonesia mendapat rekomendasi rumah sakit dan dokter sesuai dengan penyakit yang diderita.

Demi memudahkan komunikasi, Medisata menyiapkan 6 dokter umum. Calon pasien dapat berhubungan langsung dengan dokter tersebut sebagai sarana konsultasi baik melalui pesan atau telepon. Setelah mendiagnosa dari cerita calon pasien, dokter lalu memberi pilihan rumah sakit dan nama dokter terekomendasi baik di Malaysia maupun Singapura.

“Di sini, kami tidak mewajibkan pasien untuk berobat ke luar negeri. Kami hanya memberi pilihan. Keputusan tetap pada pasien,” terang Direktur Medisata, Birgita Adelia.

Di dua negara tersebut, hingga kini Medisata telah bekerjasama lebih dari 25 rumah sakit. Perusahaan ini berani menyebut dirinya sebagai perwakilan resmi sejumlah rumah sakit di sana. Alasannya sederhana: biaya pengobatan di rumah sakit tetap sama baik menggunakan jasa Medisata maupun tidak.

Pasien hanya mengeluarkan dana sesuai dengan tarif yang dikeluarkan oleh rumah sakit. Sedangkan Medisata tidak mengambil biaya apapun dari pasien. “Kami berani jamin biaya pengobatan rumah sakit tetap sama baik melalui kami ataupun tidak melalui kami.”

Namun, jika calon pasien yakin melanjutkan pengobatan ke luar negeri melalui Medisata, perusahaan itu membantu berbagai pengurusan administrasi. Mulai dari berkas sampai pengurusan asuransi kesehatan saat di rumah sakit tujuan.

Secara mengejutkan meski mengaku sebagai anak baru dalam Medical Tourism Company, Medisata mampu memfasilitasi 10.000 pasien pada 2018. Jumlah ini naik drastis mulai tahun ini. Menurut Andri sepanjang 2019, Medisata memfasilitasi setidaknya 1.500 pasien per bulan. Dengan jumlah demikian, pihaknya optimistis akan membawa 20.000 pasien hingga akhir tahun.

Tingginya jumlah pasien yang tertarik berobat ke luar negeri dinilai harus menjadi cambuk bagi rumah sakit dalam negeri. Berbagai perbaikan dan peningkatan fasilitas dibutuhkan untuk kembali membangkitkan kepercayaan publik.

Masalah Komunikasi

Selama ini baik Andri maupun Birgita menilai, salah satu masalah di rumah sakit Tanah Air adalah persoalan komunikasi. Meski sederhana, komunikasi intens antara pasien dengan dokter diyakini sebagai salah satu tolok ukur utama saat proses diagnosa dan membangun kepercayaan dari pasien.

Pasien memiliki pandangan diagnosa yang baik apabila dokter menjalin percakapan panjang dan serius dengan pasien. Mereka cenderung kurang yakin dengan diagnosa dokter yang hanya menanyakan beberapa hal singkat.

Di satu sisi, dokter dianggap sudah biasa melakukan diagnosa pasien sehingga hanya butuh beberapa pertanyaan untuk memberi kesimpulan. Namun di sisi lain, pasien membutuhkan komunikasi intens antarkeduanya sebagai bentuk kepedulian dokter terhadap kondisi kesehatan yang dialami pasien.

“Akan tetapi bukan berarti di luar negeri tidak ada dokter yang pelit berbicara. Ada juga. Tetapi kami benar-benar menyaring dokter mana saja yang dapat melayani pasien kami dengan baik di sana,” terang Andri.

Namun sejak beberapa tahun terakhir, rumah sakit Tanah Air mulai menunjukkan perubahannya. Kemunculan sejumlah rumah sakit termasuk swasta, memberi harapan baru bagi pasien dalam negeri. Tidak jarang, dengan tingkat kepercayaan mulai membaik, rumah sakit swasta mengklaim beberapa kali melayani pasien dari negara asing didukung dengan fasilitas dan pelayanan mumpuni.

Bagikan

Tags :


Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro