Bisnis.com, JAKARTA - Yasa Paramitha Singgih, pemilik brand Mens Republic memulai bisnis dengan berjualan kaos khas anak muda.
Tren sneakers yang berkembang beberapa tahun belakangan memberikan berkah tersendiri bagi para pelaku usaha kecil dan menengah yang terjun dalam lini bisnis tersebut.
Yasa pun melihat peluang yang lebih menjanjikan pada bisnis sepatu.
Akhirnya, pria kelahiran 1995 ini mencoba peruntungan pada bisnis sepatu sekitar tahun 2014 hingga 2015. Ketika itu, sang ayah yang berpengalaman lebih dari 30 tahun di industri persepatuan, baru saja pensiun.
Berbekal pengalaman dan jaringan yang dimiliki ayahnya, Yasa mantap memulai produksi 4 lusin sepatu casual dan sneakers dengan tetap menggunakan brand Men’s Republic.
Nama Men’s Republic diambil dia ingin brandnya seolah mewakili dunia pria.
“Pas mulai, ternyata respons penjualan sepatu lebih bagus daripada kaos. Mungkin karena pemain sepatu untuk brand lokal tidak sebanyak pemain kaos. Dari situ Men’s Republic fokus di sepatu,” tuturnya saat berbincang dengan Bisnis.
Keputusan tersebut ternyata berbuah hasil, bahkan persentase penjualan sepatu sejak 2014 hingga saat ini telah meningkat berkali lipat. Pernah sekitar tahun 2015 hingga 2016 saat tren sneakers tengah naik daun, penjualan Men’s Republic melonjak hingga 3 digit.
Anak ketiga dari tiga bersaudara ini tidak menampik bahwa maraknya tren sneakers yang dibawa brand global ikut berimbas pada para pebisnis lokal. Tak heran bila banyak pelaku usaha lokal yang ikut mengambil peluang dengan terjun dalam bisnis tersebut.
Apalagi dari segi kualitas, brand yang dikembangkan pelaku usaha dalam negeri tak kalah jauh dibandingkan merek global. Bahkan, mereka menawarkan dengan harga lebih terjangkau.
“Kami melihat brand global bukan sebagai competitor tetapi karena ada mereka itulah industri sepatu sneakers bisa hidup. Sebagai pemain lokal, kita juga harus membuktikan bahwa kita mampu menghasilkan sepatu dengan kualitas yang enggak kalah keren,” tutur Yasa.
Apalagi tidak sedikit juga brand global yang memproduksi sepatu dari pabrik di Indonesia. Artinya para pemain lokal sebetulnya memiliki kesempatan yang sama untuk bisa memproduksi sepatu berkualitas.
Namun,pengusaha harus jeli mencari pabrikan dan pengrajin yang tepat sehingga sepatu yang diproduksi benar-benar memiliki kualitas dan desain sesuai harapan.
“Saya sangat diuntungkan dengan pengalaman ayah yang puluhan tahun berada di industri sepatu, baik di brand lokal maupun brand global sehingga saya bisa mendapakan tempat yang bagus untuk proses produksi,” ujar Yasa.
Meksi demikian, dengan semakin bertambahnya jumlah produksi, pria yang pernah menjuarai ajang kompetisi Wirausaha Muda Mandiri ini juga mencari sendiri pabrikan dan home industry sepatu yang cocok. Saat ini, Men’s Republic sudah bekerja sama dengan 7 partner untuk produksi sepatu yang berlokasi di Bandung dan Tangerang.
Lebih Menguntungkan
Juara Asia Pacific Regional untuk Global Student Entrepreneur Award (GSEA) 2017 ini mengatakan bahwa bisnis sepatu lebih menguntungkan daripada kaos. Sepatu memiliki nilai seni tersendiri dari desain yang dihasilkan, termasuk proses produksi yang cukup rumit agar nyaman dikenakan.
Hal ini membuat harga jual sepatu lebih tinggi, sehingga produsen bisa menjual sepatu dengan kisaran harga berbeda meski dibuat dengan modal yang sama. Pembeda harga tersebut bergantung pada desain, model, kenyamanan, termasuk kuantiti penjualannya.
“Sepatu ini seperti barang seni. Dengan modal yang sama, tapi look dan siluet-nya bisa beda sehingga kita bisa menentukan harga lebih tinggi tapi tetap masih value for money dengan produk dan kualitas sebagus ini,” terang Yasa.
Pria yang masuk dalam 30 Young Leaders & Entrepreneurs in Asia versi Forbes 2016 ini bahkan mengaku bisa mendapatkan margin hingga dua kali bahkan tiga kali lipat dari modal. Dia menyebut rata-rata gross profit sebesar 40 hingga 50 persen, dan net profit di angka 15 hingga 20 persen.
Adapun rata-rata produksi perbulan saat ini mencapai sekitar 2.500 pasang. Produksi ini bisa meningkat hingga dua hingga tiga kali lipat pada musim Lebaran, Natal, dan Tahun Baru.
Men’s Republic mengambil pangsa pasar dari kelompok kelas menengah dengan rentang usia 18 hingga 34 tahun. Harga jual sepatunya mulai dari Rp359.000 hingga Rp435.000, serta Rp500ribuan untuk sepatu limited edition yang dikelurkan saat perhelatan Asian Games.
Untuk bisa menjangkau pasar yang lebih luas, terutama kalangan milenial, Men’s Republic banyak memanfaatkan media sosial, website, hingga e-commerce. Selain itu, mereka juga dapat ditemui di 8 shoes inn yang berlokasi di wilayah Jabotabek, serta satu kantor dan warehouse di kawasan Tangerang.
Menurut Yasa, sneakers masih merupakan jenis sepatu yang paling diminati dengan penjualan sekitar 70 persen,, Sisanya dari berbagai jenis sepatu lainnya baik yang formal, semi formal, serta casual.
Pria yang kini tengah melanjutkan studi S2 di Binus Business School ini mengatakan dirinya terus mengembangkan brand Men’s Republic serta tetap meningkatkan kualitas produk serta melakukan berbagai inovasi.
“Kita mau bikin brand yang enggak hanya sekadar jualan tapi juga ingin mengangkat brand Men’s Republic itu sendiri dengan menampilkan value gentlemen dan fashion pria sehingga saat seseorang memakai sepatu ini mereka bisa merasa laki banget, ada value yang didapatkan,” tutur Yasa.