Bisnis.com, JAKARTA - Tuli yang sangat berat bisa terjadi sejak lahir. Inilah yang disebut dengan tuli kongenital, yaitu gangguan pendengaran berat yang terjadi karena faktor bawaan lahir dan juga infeksi.
Bagaimana mendeteksi tuli kongenital pada bayi? Cobalah untuk membuat anak kaget dengan memperdengarkan suara yang keras seperti suara klakson, suara menutup pintu, atau suara benda lainnya.
Biasanya bayi memiliki refleks moro (bayi kaget) yang ditandai dengan mengejapkan mata, mengerutkan wajah, berhenti menyusu, mengisap lebih cepat, bernapas lebih cepat, dan ritme jantung bertambah cepat ketika mendengar suara keras.
“Refleks moro biasanya terlihat juga dengan bentuk tangan anak yang refleks ingin memeluk ketika diperdengarkan suara keras,” kata dokter spesialis THT-KL Hably Warganegara dari Rumah Sakit Pondok Indah-Bintaro Jaya Jakarta.
Sebaiknya orangtua memang curiga sejak dini untuk melihat sehat atau tidaknya pendengaran anak.
Kalau anak baru ketahuan tuli setelah berusia lebih dari 24 bulan, penanganannya sudah cukup terlambat. Itulah sebabnya perlu dilakukan screening pada bayi baru lahir. Pemeriksaan dapat dilakukan dengan metode otoacoustic emission testing (OAE).
Alat OAE ditempelkan ke telinga bayi yang baru lahir. Alat tersebut akan menunjukkan apakah telinga anak berfungsi dengan baik atau tidak. “Setelah diperiksa baru dapat didiagnosis apakah ada gangguan saraf yang menyebabkan tuli kongenital,” tambah Hably.
Kalau ternyata hasilnya menunjukkan anak mengalami tuli kongenital, penanganannya adalah dengan memasang alat bantu dengar yang ditempel di telinga dan implan koklea dengan menanam alat bantu dengar di dalam tempurung kepala.
Proses penanganannya tidak hanya sampai di situ. Apabila anak sudah diberikan alat bantu dengar, orang tua juga harus lebih ekstra dalam mendukung tumbuh kembang anak. Kalau sudah terlambat mendengar, anak perlu didukung dengan terapi wicara dan sekolah khusus.
“Kalau anak baru mendengar di usia 1 atau 2 tahun, tentu dia mengalami keterlambatan dari pada bayi yang sudah mendengar sejak lahir,” ujar Hably.
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kementerian Kesehatan Cut Putri Arianie menambahkan, semakin dini deteksi tuli kongenital pada bayi, maka semakin baik.
“Kalau bisa ditemukan di bawah usia 3 bulan sehingga pendengarannya dapat dikoreksi dengan optimal,” ujarnya.