Bisnis.com, JAKARTA — Disabilitas fisik yang paling sering terjadi pada masa pertumbuhan anak adalah cerebral palsy. Disabilitas fisik tersebut umumnya mempengaruhi gerakan dan postur tubuh.
Diperkirakan sebanyak 17 juta orang dengan cerebral palsy tersebar di seluruh dunia. Adapun bagian tubuh yang mengalami disabilitas bisa saja berbeda. Jenis spastik quadriplegia/bilateral mempengaruhi anggota gerak kedua lengan dan tungkai. Pada kondisi ini otot-otot batang tubuh, muka, mulut juga sering terpengaruh.
Jenis spastik diplegia/bilateral mempengaruhi kedua tungkai dan lengan. Sementara itu jenis spastik unilateral mempengaruhi salah satu sisi tubuh seperti satu lengan atau satu tungkai.
Setidaknya 2/3 anak dengan cerebral palsy akan memiliki kesulitan gerakan yang mempengaruhi salah satu atau kedua lengannya sehingga seluruh aktivitas terkena dampaknya. Anak kesulitan untuk makan, berpakaian, menulis, dan aktivitas lainnya.
Anak dengan cerebral palsy kemungkinan mengalami gangguan penyerta baik fisik maupun kognitif seperti tidak mampu berjalan, tidak mampu berbicara, memiliki gangguan intelektual, gangguan penglihatan berat, gangguan perilaku, mengalami nyeri, memiliki masalah mengontrol kandung kemih, memiliki epilepsi, memiliki gangguan tidur, dan masalah mengontrol air liur.
Tipe motorik cerebral palsy yang paling sering terjadi adalah spastik, yakni 80-90%. Otot kelihatan kaku dan ketat. Hal ini muncul karena kerusakan korteks motorik di otak. Sementara itu 6% penderita cerebral palsy mengalami diskinesia yakni terjadinya gerakan involunter karena kerusakan area ganglia basalis di otak.
Sebanyak 5% lagi adalah ataxia yang ditunjukkan dengan gerakan gemetar yang mempengaruhi keseimbangan dan kesadaran posisi. Hal ini bisa terjadi akibat kerusakan area cerebellium otak.
Penderita cerebral palsy sebaiknya didukung penuh dari orang-orang di sekitarnya. Mereka sebaiknya diizinkan belajar dan mencoba aktivitas harian. Selain itu dukungan keluarga akan terasa sangat berarti untuk berbicara, memperhatikan, dan mendengarkan penderita cerebral palsy.
Masyarakat juga sebaiknya lebih terbuka dalam menerima keberadaan penderita cerebral palsy agar mereka juga terlibat dalam masyakat walau di dalam keterbatasan.