Bisnis.com, JAKARTA - Food waste alias makanan yang terbuang sudah menjadi isu penting di banyak negara di dunia. Indonesia sebagai negara pembuang makanan terbesar kedua di dunia setelah Saudi Arabia selayaknya memberi perhatian lebih akan persoalan ini.
Di negara-negara dengan kesadaran akan pentingnya pengelolaan food waste yang tinggi, ada kampanye yang bertujuan untuk meredistribusi ugly fruit, yakni buah atau sayuran yang tampilannya jelek tetapi masih bisa dimakan.
Faiza Fauziah, Head of Partnership and Program Development Waste4Change, memberi contoh tomat, di supermarket harus yang bundarnya sempurna. "Kalau ukurannya beda-beda pasti tidak akan diterima untuk dijual," katanya.
Dengan menghitung dampak sosial dan lingkungan yang besar dari pengelolaan food waste yang buruk, sudah selayakya seluruh lapisan masyarakat memiliki kesadaran terhadap persoalan ini.
Faiza menuturkan, jika dirunut dari hirari produksi-konsumsi makanan, tahap yang paling awal bisa dilakukan oleh masyarakat dan pelaku usaha adalah mengurangi potensi food waste.
Hal itu bisa dilakukan dengan membuat meal preparation atau perencanaan pengolahan makanan. "Perencanaan ini paling penting untuk mencegah adanya food waste," katanya.
Setelah itu, makanan-makanan yang masih layak konsumsi tetapi tidak termakan harus diredistribusi. Di tingkat rumah tangga, sisa makanan tersebut bisa dibagikan ke tetangga dan kerabat.
Sementara itu, di tingkat industri dan usaha pangan, makanan yang berpotensi menjadi food waste hendaknya diserahkan ke bank-bank makanan, atau langsung dibagikan ke pihak yang membutuhkan.
Terakhir, jika terdapat makanan yang tidak layak konsumsi maka harus diolah menjadi produk yang bisa dimafaatkan untuk hal lain, misalnya kompos atau pakan ternak.