Bisnis.com, JAKARTA - Di kelas-kelas di Universitas Kairo, para siswa tertawa ketika menyaksikan sandiwara yang diperankan teman-teman mereka tentang pasangan yang sudah menikah. Diceritakan, sang suami pulang bekerja dan bertanya kepada istrinya, yang sedang menyapu lantai, mengapa makan malam belum siap.
Drama ini adalah bagian dari proyek Pemerintah Mesir bernama Mawadda, yang menawarkan pelajaran kepada mahasiswa tentang cara memilih pasangan yang tepat dan bagaimana menangani konflik dalam pernikahan. Tujuannya adalah untuk mencegah perceraian setelah jumlahnyamencapai lebih dari 198 ribu pada 2017, meningkat 3,2 persen dari tahun sebelumnya.
Mawadda, yang berarti kasih sayang, masih dalam tahap uji coba, menyasar 800 ribu anak muda Mesir setiap tahun mulai 2020.
Setelah menonton sandiwara itu, beberapa mahasiswa dan dosen menunjukkan bahwa suami harus melakukan lebih banyak tugas rumah tangga.
"Bukan kewajibannya untuk melakukan semua itu, tetapi Nabi Muhammad membantu istrinya dengan semua tugas dan teladannya harus diikuti," kata Salah Ahmed, salah satu dosen seperti dilansir Reuters, Selasa (14/5/2019).
Namun dia juga mengatakan istri seharusnya lebih pengertian dan berusaha terlihat baik untuk suaminya daripada menyambutnya saat menyapu lantai.
Julia Gosef, seorang mahasiswa berusia 23 tahun yang menghadiri kelas dengan tunangannya, mengatakan dia khawatir bahwa kesulitan ekonomi Mesir dapat merusak pernikahannya. Pasangan itu tidak akan dapat mengandalkan satu sumber penghasilan sehingga dia akan dipaksa untuk bekerja, yang dapat menyebabkan munculnya argumen seperti pada sandiwara di atas.
"Kurasa aku tidak akan bisa mengurus rumah kita dengan cukup baik," katanya.
Pelajaran Mawadda akan disertai dengan video YouTube, program radio dan drama pendidikan. Gereja dan otoritas Muslim Sunni tertinggi Mesir, Al-Azhar menjadi mitra program ini.
"Jika kita ingin menyelesaikan masalah dari akar kita perlu menargetkan orang sebelum mereka menikah," kata Amr Othman, manajer Mawadda di Kementerian Solidaritas Sosial.
Othman menambahkan bahwa ada korelasi di Mesir antara perceraian dan masalah-masalah seperti tunawisma anak dan kecanduan narkoba. Pada sebuah konferensi pemuda pada Juli, Presiden Abdel Fattah al-Sisi mengatakan perceraian dan perpisahan berarti bahwa jutaan anak-anak Mesir hidup tanpa salah satu dari orang tua mereka.