Bisnis.com, JAKARTA – Kebanyakan orang sibuk melakukan pekerjaan untuk karier dan keluarga, namun kesulitan memberi perhatian kepada diri sendiri.
Seorang psikoterapis di New York Diane Barth mengungkapkan, masalah utama dari hal tersebut adalah susahnya menemukan waktu untuk berbelas kasih kepada diri sendiri.
Menurut pengamatannya, banyaknya pekerjaan yang harus dilakukan menimbulkan anggapan bahwa perawatan diri seakan seperti kesenangan semata atau lebih buruk lagi, merupakan sikap egois.
Dia menemukan, selama bertahun-tahun dalam praktik psikoterapinya, menurutnya, ada banyak cara berbeda dalam mendefinisikan perawatan diri.
“Misalnya, Anda mungkin berpikir sedang menjaga diri sendiri ketika memaksakan diri bangun pagi untuk latihan fisik yang melelahkan, tetapi orang lain mungkin merasa bahwa mereka merawat diri sendiri ketika membiarkan diri tidur atau bersenang-senang menonton film di tempat tidur,” tuturnya, seperti dikutip dari Psychologytoday, baru-baru ini.
Bisa juga Anda merasa baik pada diri sendiri dengan menghindari semua makanan yang sangat sedikit kalori yang pada dasarnya membuat Anda kelaparan.
Tetapi orang lain mungkin merasa bahwa mereka bersikap baik kepada diri mereka sendiri ketika mereka menikmati makanan lezat, kalori, karbohidrat, lemak, dan mungkin gula.
Sementara itu, Kristin Neff, seorang pelopor dalam penelitian kasih sayang diri mengatakan, kasih sayang diri melibatkan kebaikan diri dan kesadaran diri. Ini berarti mengenali dan menerima perasaan negatif dan juga perasaan positif.
Dengan kata lain, bahwa belas kasih diri berarti mengenali dan menerima kemanusiaan diri sendiri yang berarti kita tidaklah sempurna.
“Kekhawatiran besar dari kehidupan modern adalah tidak peduli seberapa keras kita berusaha, tidak peduli seberapa sukses kita, tidak peduli seberapa baik kita sebagai orang tua, pekerja, atau pasangan kita, itu tidak pernah cukup. Selalu ada seseorang yang lebih kaya, lebih kurus, lebih pintar, atau lebih kuat dari kita, seseorang yang membuat kita merasa gagal dalam perbandingan,” jelasnya.
Dia melanjutkan bahwa penelitian telah menemukan bahwa mengambil pendekatan yang lebih welas asih terhadap kegagalan pribadi sebenarnya dapat memotivasi untuk meningkatkan diri.
Sebagai contoh, para peneliti menemukan bahwa ketika individu yang mencoba menurunkan berat badan mengkritik diri sendiri dan sangat menuntut, mereka cenderung menambah berat badan.
Sementara ketika mereka mempraktikkan jenis welas asih diri yang digambarkan oleh Neff, mereka kehilangan lebih banyak berat badan daripada kelompok kontrol individu yang tidak terlibat dalam praktik welas asih diri.
Para peneliti juga menemukan bahwa belas kasihan diri dapat mengurangi gejala psikologis dan membuatnya lebih mudah untuk menghadapi situasi stress.
Pada dasarnya, perawatan diri yang sejati melibatkan pengenalan dan penerimaan ketidaksempurnaan diri, sembari menemukan cara untuk meningkatkan diri sendiri dengan penuh kasih. Ini juga berarti berkompromi dan mengakui bahwa tidak ada kompromi yang sempurna.
"Belas kasih diri melibatkan pengelolaan yang terbaik yang Anda bisa, tanpa mengkritik atau menghukumi diri sendiri karena tidak melakukan hal-hal persis seperti yang Anda bayangkan dan harus lakukan," tuturnya.
Belas kasihan diri, lanjutnya, adalah tentang keseimbangan, bukan kesempurnaan. Ada banyak cara untuk mencapai keseimbangan itu, yakni praktik mindfulness, psikoterapi, percakapan dengan teman, pasangan, rekan, orang tua, dan bahkan anak-anak Anda semua dapat membantu Anda mendapatkan perspektif. Maka, langkah pertama menuju perawatan diri sejati adalah mengakui bahwa belas kasihan diri adalah bagian penting dari kesejahteraan emosional, psikologis, dan fisik Anda.