Bisnis.com, JAKARTA – “Apa?! Kok, saya bisa mengalami kutil kelamin, saya tidak pernah gonta-ganti pasangan lho dok,” kata Lita Sari (bukan nama sebenarnya) kepada dokter.
Dia makin kaget ketika dokter menjawab bahwa kemungkinan besar dia tertular dari pasangannya yang selama ini dipercaya setia.
Dilema ini yang sering kali ditemui oleh pasien maupun dokter spesialis kulit dan kelamin. Kemudian muncul pertanyaan soal asal muasal dari kutil kelamin.
Faktanya, data World Health Organization (WHO) mengungkap bahwa tingkat kejadian kutil kelamin lumayan tinggi di seluruh dunia. Setidaknya 1 kasus baru per 1 detik terjadi setiap hari di dunia. Hal ini menunjukkan bahwa kutil kelamin menjadi ancaman laten bagi banyak orang.
Data dari National Center for Biotechnology Information (NCBI) 2013 disebutkan bahwa sepanjang 10 tahun penelitian terdapat 137 kasus baru per 100.000 orang per tahun khusus pria, dan 125 kasus baru per 100.000 perempuan.
Kutil kelamin (genital warts) adalah salah satu dari sekian banyak penyakit infeksi menular seksual (IMS). Ya, penyakit ini dapat didapat setelah ditularkan dari orang lain yang terinfeksi human papillomavirus (HPV). Virus yang selama ini dikenal sebagai penyebab kanker serviks ini merupakan biang kerok dari tumbuhnya kutil di area kemaluan.
Kenyataannya, HPV merupakan jenis virus yang bisa menyerang siapa saja dan kapan saja. Sebetulnya tidak semua orang yang terpapar virus HPV akan mengalami kutil kelamin dan kanker serviks. Dari 150 tipe HPV, ada tipe virus yang bersifat non kanker yang dapat menyebabkan kutil kelamin, yakni tipe 6, 11, 30, 42, 43, 44, 51, 52, dan 54.
Menurut dokter spesialis kulit dan kelamin Dian Pratiwi dari Klinik Spesialis Kulit dan Kelamin Pramudia di Jakarta, HPV merupakan virus yang sangat menular melalui kontak seksual dengan orang yang terinfeksi. Si virus ini memang telah dinobatkan menjadi salah satu penyebab IMS yang paling umum.
“Cara penularan paling besar adalah hubungan seksual vaginal, anal, dan oral dengan orang yang terinfeksi,” kata Dian.
Itulah sebabnya kutil kelamin umumnya terjadi pada seseorang yang aktif seksual.
Persoalan kutil kelamin dapat terjadi pada semua gender, tetapi lebih banyak kejadiannya pada pria. Bentuknya berupa tumor jinak yang tumbuh di lapisan kulit di daerah anogenital.
Gejala Kutil Kelamin
Dokter spesialis kulit dan kelamin Anthony Handoko menjelaskan bahwa kutil kelamin dapat menyerang alat kelamin, kulit sekitar kelamin, dan juga dubur alias anus. Gejala kutil kelamin berupa rasa terbakar, perih, gatal, atau nyeri.
Pada pria, kutil bisa tumbuh di pubis, batang penis, kepala penis, kulup, anus, lain-lain. “Sedangkan pada perempuan bisa dialami pada pubis, vagina, anus, bahkan juga pada serviks,” ujar Anthony.
Bentuk kutil kelamin juga beragam alias tidak selalu berbentuk kutil yang menonjol. Hal ini yang sering kali membuat seseorang tidak bisa mengenali kelainan pada kulit kelaminnya.
Bahkan dalam banyak kasus kutil kelamin tumbuh sangat halus sehingga sulit terdeteksi kasat mata. Itulah sebabnya diagnosis harus dilakukan oleh dokter spesialis kulit dan kelamin yang berpengalaman.
“Banyak orang yang terlambat datang ke dokter sehingga kutilnya sudah makin banyak atau besar,” ujarnya lagi. Kemungkinan besar selama ini dia tidak menyadari ada kutil di kelamin karena sering kali kutil tidak menimbulkan gejala berarti.
Walau begitu, direktur Klinik Pramudia Jakarta ini mengatakan bahwa kutil kelamin harus diobati dan disembuhkan. Karena kalau dibiarkan, kutil dapat mengganggu fungsi alat reproduksi tersebut. Bahkan, untuk perempuan kutil kelamin berpotensi berkembang menjadi keganasan.
Dia menganjurkan agar pengobatan dilakukan sedini mungkin untuk mempercepat proses penyembuhan. Apalagi kutil kelamin juga menular. Belum lagi dampak psikologis yang dialami penderita yang membuatnya malu, marah, cemas, dan tidak percaya diri di ranjang.
“Karena penularan kutil kelamin adalah kontak seksual, selama proses pengobatan si penderita tidak dianjurkan melakukan hubungan seksual,” katanya.
Memang, penyakit kutil kelamin tidak membahayakan nyawa, tetapi tetap saja membuat penderitanya kesusahan.
Menurut Anthony risiko tinggi kutil kelamin juga mengincar orang yang HIV seropositive, memiliki riwayat infeksi seksual, dan gaya hidup yang tidak sehat.
Penanganan kutil kelamin harus dilakukan oleh dokter yang profesional di bidangnya. Pengobatannya harus berkali-kali dengan terapi obat dan terapi di klinik seperti cyriotherapy, TCA liquid, electrosurgery dan laser surgery. Kemungkinan untuk kutil kelamin kambuh kembali akan selalu ada selama HPV masih ada dalam tubuh.
Cegah Dengan Monogami
Kutil kelamin maupun penularan penyakit akibat HPV lainnya dapat dicegah dengan vaksinasi HPV. Selain itu, jangan lupa juga untuk melakukan pemeriksaan berkala untuk kesehatan reproduksi.
Seperti cerita Lita tadi yang mengaku tidak pernah gonta-ganti pasangan seks, nyatanya bisa mengalami kutil kelamin. Dia sangat mungkin tertular dari pasangan seksnya yang berhubungan badan dengan orang lain yang terinfeksi.
“Selain vaksinasi, monogami dua arah harus dilakukan, jangan hanya satu pasangan saja yang berprinsip monogami,” ujar Dian.
Peluang untuk terjangkit kutil kelamin akan jauh lebih tinggi pada seseorang yang tidak setia pada satu pasangan seksual saja.
Anda mungkin bersih dari HPV, tetapi pasangan Anda belum tentu. Apabila salah satu pasangan mengalami kutil kelamin, tutur Anthony, seharusnya kedua pasangan melakukan pemeriksaan lebih lanjut. “Kalau istrinya mengalami kutil kelamin, suaminya juga wajib diperiksa dan diterapi,” ujarnya.