Program Director Bakti Budaya Djarum Foundation Renitasari Adrian (kanan) berfoto bersama Presiden Direktur Ciputra Artpreneur Rina Ciputra Sastrawinata (kiri), Vice Chairwoman Martha Tilaar Group Wulan Tilaar (keempat kiri), Ketua Yayasan Bumi Purnati & Direktur Artistik I La Galigo Restu Kusumaningrum (kedua kiri), Perwakilan Pemusik I La Galigo Danis Sugiyanto (ketiga kanan), Coach Movement I La Galago Satriani (ketiga kiri) dan Kristiono Soewardjo (kedua kanan). ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja
Entertainment

Pertunjukan Spektakuler I La Galigo Siap Pentas Awal Juli

Tika Anggreni Purba
Kamis, 13 Juni 2019 - 21:02
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA — Pertunjukan teater kelas dunia yang diproduksi di Indonesia itu bertajuk I La Galigo. Sebuah pentas spektakuler yang pernah ada di bawah arahan salah satu sutradara teater terbaik di dunia yaitu Robert Wilson. 

I La Galigo telah dipentaskan di berbagai negara di dunia seperti Singapura, Belanda, Italia, Spanyol sejak 2003.  Tahun lalu, I La Galigo sempat dipentaskan pada perhelatan IMF-World Bank Group 2018 di Bali. Pementasan di Bali merupakan pertunjukan pertama kembali setelah 8 tahun I La Galigo vakum.

Tahun ini, tepatnya pada 3, 5, 6, dan 7 Juli 2019, Ciputra Artpreneur bekerja sama dengan Yayasan Bumi Purnati kembali mempersembahkan pertunjukan I La Galigo di teater Ciputra Artpreneur di Jakarta. 

Presiden direktur Ciputra Artpreneur Rina Ciputra Sastrawinata mengatakan bahwa dia memilih I La Galigo untuk dipentaskan lagi karena dia sendiri jatuh cinta pada pertunjukan ini. “Dari segi cerita menarik, dari segi produksi kelas dunia, saya jatuh cinta,” kata Rina, Kamis (13/6/2019).

Dia mengatakan bahwa pertunjukan sebagus I La Galigo harus disaksikan oleh masyarakat Indonesia. I La Galigo merupakan adaptasi dari Sureg Galigo yang  bercerita tentang mitos penciptaan suku Bugis yang terekam dalam syair bahasa Bugis kuno. Puisi panjang itu kemudian dipilih dan dipilah, dan diadaptasi ke dalam naskah pementasan teater. 

I La Galigo menampilkan kisah perjalanan, petualangan, peperangan, kisah cinta terlarang, upacara pernikahan yang rumit, dan juga pengkhianatan. Walau kisahnya terjadi pada masa lalu, ternyata ceritanya masih sangat menarik, dinamis, dan relevan dengan kehidupan modern. Inilah kekuatan dari naskah I La Galigo. 

Produser dan Ketua Yayasan Bali Purnati Restu Imansari Kusumaningrum mengatakan bahwa Robert Wilson akan datang dari Rusia dalam pertunjukan ini. Sebagai direktur artistik pada perhelatan ini Restu juga berharap bahwa pertunjukan yang dirangkai secara modern ini dapat memperkenalkan naskah kuno asli Indonesia kepada generasi muda.

“Sekaligus juga mengusik keingintahuan masyarakat untuk lebih mendalami seni budaya Indonesia sehingga budaya itu tidak terlupakan,” ujar Restu.

Restu mengatakan bahwa setelah perjalanan panjang itu, kini I La Galigo bukan lagi milik orang Sulawesi Selatan, tetapi milik bangsa Indonesia. “I La Galigo harus dilanjutkan terus karena bagian dari kekayaan bangsa kita,” katanya. 

Proses produksi pertunjukan telah berlangsung secara disiplin. Dengan persiapan yang telah dilakukan sejak masa Revival of I La Galigo memudahkan I La Galigo untuk ditampilkan di Jakarta. Latihan dilakukan di beberapa tempat di Indonesia, di Jawa Tengah, Jakarta, dan Makassar. Pada waktu yang ditentukan akan dilakukan latihan gabungan.

“Durasi pertunjukan adalah 2 jam 15 menit, dengan 50 orang tim termasuk pemusik, dan kru semuanya orang Indonesia,” katanya. Menurut Restu, tidak akan banyak yang berubah dari pertunjukan I La Galigo selain dari durasi waktu yang berkurang 15 menit. 

Dari segi kualitas pertunjukan dia yakin hasilnya akan prima dan bagus. Pemain yang tampil dalam I La Galigo 2019 ini adalah pemain generasi kedua dengan pergantian beberapa pemain. “Terjadi alih keterampilan juga,  tanpa disadari seluruh tim makin mahir, istilahnya makin pulen sehingga hasilnya makin siap dan mantap,” kata Restu.

Perwakilan komposer musik I La Galigo Danis Sugiyanto mengatakan, musik dalam pertunjukan ini akan menampilkan revitalisasi lagu, aransemen lagu, dan kreasi baru musik untuk memperkuat adegan dan membangun citra I La Galigo sebagai pertunjukan yang berdaya. Sebanyak 70 instrumen musik dari berbagai instrumen tradisional Sulawesi, Jawa, dan Bali akan digunakan untuk menciptakan ekspresi yang lebih dramatis dalam pertunjukan.

“Ada 15 orang pemusik yang mendukung pertunjukan ini dengan ciri dan ekspresi masing-masing, semuanya diberikan kebebasan berekspresi,” ujar Danis.

Renitasari Adrian, Program Director Bakti Budaya Djarum Foundation mengatakan bahwa pihaknya sangat bangga dapat mendukung pertunjukan I La Galigo. “Kami ingin anak millenial dapat melihat pertunjukan milik bangsa yang sudah tampil di berbagai belahan dunia, ini adalah kekayaan budaya Indonesia,” ujarnya.

Secara khusus Bakti Budaya Djarum Foundation melakukan promosi yang menyasar kepada masyarakat milenial.

Tiket pertunjukan dapat dibeli melalui Loket.com, Go-Tix, dan www.ciputraartpreneur.com seharga Rp475.000—Rp1,85 juta. Akan ada diskon 25% jika Anda melakukan transaksi pembelian tiket dengan kartu kredit/debit BCA.

Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro