Bisnis.com, JAKARTA - Untuk pertama kalinya Petrick Rumlaklak, Amori De Purivicacao, Dinda Maanana, Calvin Petrus, Antonio Do Rosario, Agnes Bau Mali, Gratia Manek tampil di layar lebar.
Anak-anak asal Nusa Tenggara Timur (NTT) ini tadinya tak mengenal satu pun seluk beluk perfilman. Namun, dengan tangan dingin Ari Sihasale dan Nia Zulkarnaen, anak-anak NTT bertalenta ini berkesempatan unjuk gigi melalui film Rumah Merah Putih.
Film ini merupakan karya ke-9 dalam seri film keluarga bertema nasionalisme dari Alenia Pictures.
Nia mengatakan bahwa menemukan bakat dan mengasah talenta anak-anak di perbatasan Indonesia ibarat menemukan mutiara dari Timur.
Sebagai produser film, Ari dan Nia tak bisa menyembunyikan kebanggaannya dapat menemukan 7 anak-anak bertalenta untuk berakting. Selama 3 bulan mereka mencari pemeran film yang mengisahkan tentang persahabatan dan kehidupan sederhana anak-anak di perbatasan NTT dan Timor Leste, yakni di Kabupaten Belu dan Atambua ini.
“Banyak sekali anak-anak NTT yang mengikuti proses casting dan mereka semua bagus dan berbakat, akan tetapi ada 7 anak yang kami nilai paling mewakili karakter masing-masih tokoh dalam cerita,” ujar Ari yang bertindak sebagai sutradara.
Dia menilai kepolosan aktor cilik terpilih tersebut mampu menggambarkan karakter yang murni dari anak-anak NTT yang hidup di perbatasan Indonesia. Proses latihan akting, reading, hingga syuting berlangsung dengan baik dan lancar. Persahabatan pun tumbuh di antara anak-anak dan seluruh tim produksi.
“Ketulusan juga menjadi kekuatan utama mereka untuk berakting natural. Sejak awal memang saya mencari karakter yang natural,” kata Ari lagi.
Anak-anak tersebut tidak memiliki pengalaman di industri film dan tidak pernah tampil di depan kamera sebelumnya. Akan tetapi sebagai produser eksekutif, Nia menilai semangat mereka dalam belajar akting sangat luar biasa.
Ari dan Nia mendatangkan pelatih akting langsung ke Belu untuk memperlengkapi anak-anak dalam berakting.
Bagi Ari, anak-anak seperti mereka seharusnya diberikan kesempatan dan didukung untuk berkembang. Kesempatan harus diberikan bagi anak-anak yang tinggal di daerah perdesaan. Itulah sebabnya, dalam setiap film garapannya dia selalu fokus dalam mencari anak-anak daerah untuk turut serta dalam produksi film.
Tidak hanya berakting, cerita dan kisah polos anak-anak di perbatasan NTT itu justru turut melengkapi cerita. Jika Anda menonton filmnya, anak-anak di perbatasan NTT ternyata kerap menggunakan salam perkenalan yang sangat unik. Seperti dalam film dicontohkan anak-anak tersebut memperkenalkan diri: “Saya Fransiska, Mama Rote, Bapa Jawa, Saya Indonesia!”
Bahkan anak-anak itu bercerita, sebelum mulai pelajaran di sekolah mereka akan menyerukan kalimat: “Saya orang Indonesia, saya Pancasila, Silawan jangan dilawan! NKRI harga mati! Merah Putih selalu di hati.”
Pemeran Utama, Petrick Rumlaklak dan Amori de Purivicacao menyampaikan rasa syukurnya dapat terlibat dalam produksi layar lebar.
“Saya senang sekali bisa membanggakan orang tua lewat film ini, dan bisa dikenal orang,” kata Petrick tersipu malu saat diwawancarai pada kunjungan pertamanya di Jakarta.
Amori bahkan tidak dapat menyembunyikan rasa harunya. Dia sempat menitikkan air mata saat menyampaikan betapa bangganya dia dapat berkontribusi dalam film nasional.
“Terima kasih kepada Bunda Nia,” katanya menahan tangis